Blogger templates

Minggu, 10 November 2013

Cara mudah cheat starchip dan kartu di Yugioh PS1(emulator)

Nah , ini dia lanjutan dari bbrapa postingan saya ttng yugioh ps 1, skarang saya mw jelasin cara bwt cheatnya , tpi sblumnya udah punya emulator/cheatnya blum ? klo blum ni gw kasi linknya
emulator & klo ada yg nyari gamenya game Yugioh

klo udah slesai download tinggal di exstrak filenya kalo gamenya tinggal dibuatin folder baru di psxnya , kemudian :

  1. buka folder epsxe 1.7.0, buka folder plugins 
  2. buka folder psx elumalation cheater , klik pec yg bericon merah
  3. klik all , lalu pilih gamenya "Yu-Gi-Oh Forbidden Memories"
  4. di sebelah kanan centang cheatnya , kali ini infiniti starchip dan have all card( semua juga bole di centang ). klik send cheat to plugin  
  5. buka psx emulatornya klik config, pilih video, di kolom Select/Config main video plugin pilih "psx emulation cheater 2.5" lalu OK
  6. klik file , Run ISO , pilih folder game yg tadi udah di buat , lalu jalankan gamenya 
  7. test free duel skali (klo cheat all card emang harus free duel skali) ,tapi klo cheat starchip udah bisa dilihat langsung tanpa free duel.Oh ya , nanti klo ada peringatan2 pas udah mw jalanin gamenya , pilih aja salah satu di GPU(lupa namanya)
    klo ngikutin langkah2 diatas dengan benar kyknya sih gk ada masalah , btw Happy duel aja dah ^^
    NB: kalo masi ada masalah bisa di tulis di kolom komentar / email : sutejakawinanga@gmail.coom

Jumat, 08 November 2013

Cara mendapatkan Meteor B.Dragon(Yu-gi-oh Forbidden memories) PS1

Langsung aja yak... 
Untuk mendapatkan Meteor B. Dragon, agan harus bertarung dengan beberapa orang ini termasuk rankingnya 
  1. Heishin (1st) = S-pow terus-terusan nanti bisa dapet, bisa juga A-pow tapi agak lama sih
  2. Jono (2nd) = S-pow & A-pow, tapi kata orang disini lama banget gan, jarang-jarang dapet Meteor B. Dragon, tapi ane baru lawan 35 kali aja udah dapet 3 kartunya, mungkin rejeki orang berbeda-beda ya XD, kalo buat dapetin Red eyes B. Dragon, disini lumayanlah asal rankingnya tinggi terus
  3. Meadow Mage = S-pow terus-terusan pasti dapet koq, ane udah coba ternyata emang dapet, kalau A-pow masih jarang-jarang, dan juga agan kalo lawan orang ini, bakal dapet Skull knight, Dark megician, Gaia the Fierce knight, Curse of Dragon, dll nya
  4. Mountain mage & High Mountain Atenza  = S-pow & A-pow (Tapi ane jarang lawan orang ini, katanya pasti dapet)
nah kalo untuk mendapatkan Blue eyes white dragon, agan harus lawan Seto 2nd, Seto 3rd sama Heishin 2nd, tapi ane cukup punya meteor b dragon doang buat namatin game ini 
untuk mendapatkan Magic & Equip semacam Raigeki, Dragon treasure, Dan lain-lainnya bisa melawan Pegasus, shadi, yami bakura :) 

(Sedikit copas dari blog lain)
Meteor B. Dragon ( didapatkan dari Meadow Mage,Jono 2nd, heisin 1st S/A-Pow )
Blue-eyes White Dragon ( didapatkan dari Seto 2nd, Seto 3rd S/A-Pow )
Metalzoa ( didapatkan dari Guardian Sebek S/A-Pow, SANGAT LANGKA! ane sendiri dapet yang pertama setelah 800-an kali duel dengan orang satu ini, tapi inget, rejeki orang beda-beda)
Twin-headed Thunder Dragon ( didapatkan dari Heisin 1st/2nd, Labyrinth Mage S/A-Pow )
Skull Knight ( didapatkan dari Meadow Mage S/A-Pow )
Sanga of the Thunder ( didapatkan dari Heishin 1st/2nd S/A-Pow, langka )
Zoa ( didapatkan dari Heisin 1st, Guardian Sebek/Neku S/A-Pow )
Dark Magician ( didapatkan dari Meadow Mage S/A-Pow )
Seiyaryu ( Starchip cost )
Red Eyes B. Dragon ( didapatkan dari Jono 2nd S/A-Pow )
Meteor Dragon ( didapatkan dari Meadow Mage S/A-Pow )
Raigeki ( didapatkan dari Shadi/Pegasus S/A Tec,)
Megamorph ( didapatkan dari Pegasus S/A-Tec, langka )
Bright Castle ( Starchip cost, atau bisa juga dari Pegasus S/A-Tec )

dan Tips mendapatkan Megamorph, Widespread Ruin  dari Pegasus dengan cara mudah (Copas dari blog orang lain)

"Lawan character yang memiliki kartu magic yang lumayan
Contoh pegasus kalahkan pegasus dengan cara membuat kartu di decknya habis, kemungkinan dapat kartu magic sekitar 70% 

saya lawan pegasus dengan cara diatas baru 15 kali battle dapet 2 Megamorph, 2 trap Widespread Ruin dan lain-lain semoga berguna gan"

Chapter 8(ending)

(Silahkan buat judul yang sesuai ma isi hati kalian)

Suasana saat ini gelap, terasa sangat kelam. Daun-daun kering bertaburan di
tanah yang lembek. Ya tanah daerah situ memang lembek karena berdekatan dengan
sungai yang tanpa henti-hentinya mengalir.
Tiga bersaudara, tiga tipe pejuang yang berbeda, tiga aura pembunuh yang sangat
kuat, tiga makhluk andalan Undead, Skeleton King, Sand King, Lich King. Mereka
berjalan sekian lama, menempuh perjalanan yang sangat jauh, demi melaksanakan
perintah Raja Undead, Rotund Jaere.
Mereka cukup jarang berbicara, jikapun ada, memang itu sesuatu yang penting
untuk dibicarakan, namun mereka sangat antusias dengan perintah langsung dari Raja
mereka.
*****
“Ada apa raja memanggil kami” tanya Skeleton King
“Sebenarnya kunci kemenangan ini ada pada barang legenda yang konon
sangat hebat, namun belum ada yang mengetahui bagaimana bentuk benda itu.
Pergilah ke Barat daya. Cari Sacred Relic dan Demon Edge. Dan terimalah
pedang ini.
“Terimakasih tuan..” Jawab Skeleton King
(Chapter I)
******
Berjalan tanpa arah dalam keheningan, sampai sesuatu mengusik Lich King.
Dia merasakan keberadaan sesuatu yang memiliki aura yang cukup kuat, dan hanya
penyihir yang sangat handal yang dapat merasakannya.
Lich : “Coba kita berjalan ke arah sana” pinta lich
Skeleton : “Kau merasakan sesuatu?”
Lich : “Entahlah, hanya firasat saja, namun ada hawa yang cukup
kuat berasal dari sana”
Skeleton : “……………..” memperhatikan arah tersebut
Sand King : “Kalian tunggulah disini, aku akan menyamar di balik pasir
untuk mengetahui kondisi di sana”
Skeleton : “Pastikan saja apa yang ada di sana, dan segera kembali !”
perintah Skeleton King
Sand King segera masuk ke dalam tanah untuk segera memantau kondisi lokasi yang
ditunjuk oleh Lich. Mengendap perlahan dalam tanah, lalu sedikit muncul dalam
permukaan. Betapa kagetnya dia karena disitu berkumpul dua buah naga, tapi yang
paling mempesonanya, sepertinya naga-naga itu sedang menjaga sesuatu. Terdapat
sebuah goa di situ, dan tampak tidak terlalu dalam, namun sangat gelap. Selesai
memantau, Sand King langsung melaporkannya pada Skeleton King.
Sand King : “Aku sudah melihat tempat itu”
Skeleton : “Apa yang kau lihat ?”
Sand King : “ Dua ekor naga, sepertinya mereka cukup kuat, namun yang
menarik perhatianku, sepertinya mereka sedang menjaga
sesuatu di dalam goa yang berada tepat di belakang sarang
mereka”
Lich : “Itu dia, pasti dari sana datangnya aura ini”
Skeleton : “Jika begitu, ayo kita habisi naga-naga itu”
Sand King : “Namun jika perkiraan ku salah mengenai gua itu, tenaga kita
akan terbuang sia-sia. Musuh kita sebenarnya kan para Elf itu”
Skeleton : “Mari kita coba kekuatan mereka, apakah memang sepantar
dengan sesuatu yang mengusik firasat Lich”.
Lich : “…………….”
Bulan tertutup awan seutuhnya. Suasana benar-benar kelam. Mereka menyambangi
sarang naga itu.
Skeleton King berada di depan, diikuti Sand King dan Lich King. Mereka melihat
naga-naga itu sedang berjaga tanpa henti, lalu bersembunyi dalam gelapnya hutan.
Muncullah Skeleton King seorang diri tanpa ditemani kedua saudaranya. Berdiri
dengan gagahnya, menggenggam pedang kejayaan dan perisai andalannya.
Naga-naga tersebut seolah membiarkan saja Skeleton King berdiri di tempatnya,
sampai dia memasang kuda-kuda menyerang dan berlari kencang kea rah naga-naga
itu. Sadar akan ancaman tersebut, naga tersebut menyemburkan api dari mulutnya.
Skeleton King dengan sigap bertahan dibalik perisainya. Setelah serangan tersebut,
Skeleton King kembali menyerang, dan tanpa basa basi naga yang lain pun
menyemburkan es, dan serangannya berhasil mengenai dan membekukan Skeleton
King. Lich yang melihat saudaranya diserang, mencoba membantu.
Lich : “Frost Nova !!”
Serangan tersebut tepat mengenai naga api, dan membekukannya untuk sesaat, damun
karena kekuatannya, dia berhasil memecah es yang membekukan itu, dan mencoba
menyerang Skeleton King yang masih membeku. Sand King tidak tinggal diam,
dengan segera masuk dalam tanah dan secara tiba-tiba muncul tepat dibawah kedua
naga tersebut, dan melempar mereka.
Serangan Sand King cukup telak, hingga serangan kedua naga tersebut teralih
padanya. Hampir saja Sand King mendapat serangan, namun dia berhasil
bersembunyi dalam pasir. Badai pasir terjadi sekitar situ, hingga mengganggu
pandangan kedua naga tersebut. Skeleton King yang sudah dapat bergerak kemudian
secara membabi buta menyerang kedua naga tersebut.
Naga-naga tersebut mendapat serangan tanpa henti dari “3King” dan mencoba
melarikan diri. Naga-naga tersebut masuk dalam goa, dan entah apa yang terjadi,
angin sangat kencang terhembus dari dalamnya, dan sebersit cahaya muncul dari
dalam. Lalu dari dalamnya muncul seekor naga yang sangat besar.
“3 King” yang melihat naga itu tercengang, dan mulai memikirkan bagaimana cara
melarikan diri. Naga tersebut memiliki dua buah kepala yang berbeda jenis, yang satu
mengeluarkan api dan yang lain menyemburkan es.
Giliran 3 King yang kewalan menghadapi serangan tersebut. Namun bukan Pejuang
Undead namanya jika mereka takluk oleh lawannya. Sand King kembali masuk ke
dalam tanah dan muncul kembali tepat dibawah naga tersebut, dan melemparkannya
kembali, lalu tanpa mengenal ampun mengeluarkan jurus andalannya :
Sand King : “Epicentrum !”
Sesaat kekuatannya berlipat-lipat ganda dan langsung memukul-mukul tanah yang
membuat guncangan hebat secara terus menerus membuat naga tersebut mulai
kesakitan. Lich dengan sigap mengeluarkan kembali “Frost Nova” dan tepat
mengenai naga tersebut. Naga tersebut benar-benar kesakitan dan dengan sisa
kekuatan yang ada, kedua kepala naga tersebut menyemburkan Api dan Es
bersamaan. Sand King terkena serangan beruntun itu, dan menjadi beku dalam pijaran
api dari mulut naga tersebut.
Skeleton King tanpa mengenal ampun melemparkan perisainya pada kepala naga
tersebut dan tepat sasaran. Dengan beringas, Skeleton King mencabik-cabik naga
tersebut yang akhirnya tidak berdaya, dan Mati. Secara berangsur, bangkai naga
tersebut terbagi dua, meleleh dan terbakar.
Dari tubuh naga es muncul barang Demon Edge, dan yang lain muncul Sacred Relic.
Tanpa menunggu lama, Skeleton King mengambil kedua barang tersebut, dan
memperlihatkan pada Lich.
Skeleton : “Ini dia. Inilah yang kita cari selama ini !”
Lich : “Inikah benda legenda itu ?”
Skeleton : “Memang saat ini, kedua barang tersebut tidak berarti”
Sand King : “Lalu kita harus bagaimana ?”
Skeleton : “Lich !, gabungkan benda-benda ini dengan pedang ku. Inilah
mengapa raja menyuruhku untuk membawa pedang ini”.
Lich : “Aku tidak yakin jika kemampuan ku mampu
menggabungkan ketiga benda ini”
Sand King : “Lakukan saja ! Kau adalah keturunan Raja, kau bisa !”
Lich : “…………………” tampak ragu
Skeleton : “Lakukanlah, apapun yang terjadi, kau harus melakukannya”.
Lich : “Baiklah, mohon berikan aku ruang, kalian minggirlah”
Skeleton King dan Sand King segera menyingkir, dan membiarkan Lich
berkonsentrasi untuk menggabungkan ketiga benda itu.
Angin berhembus kencang seiring Lich mencoba menyatukan benda-benda keramat
itu. Perlahan mengeluarkan sinar, semakin lama semakin terang, dan setelah beberapa
saat, terpancar sinar yang sangat terang seperti sorotan ke langit, dan membuat hutan
sekitar itu menjadi sangat terang. Skeleton dan Sand King yang sedari tadi menyimak
kejadian itu, terpaksa mengalihkan pandangannya untuk menghindari sinar yang
sangat terang itu, lalu meredup dan sinar itu pun menghilang.
Kemudian di depan Lich, tertancap di tanah, pedang senjata Skeleton King, namun
lebih berwarna emas, bercahaya, ringan, juga menjadi sangat tajam. Pedang itu telah
berubah menjadi “Divine Rapier”.
Skeleton King mencabut pedang itu, dan menatapnya. Benar-benar pedang legenda.
Dunia ini hanya terdapat satu, dan itu adalah miliknya. Skeleton King menjadi
semakin yakin, jika pertempuran ini adalah milik bangsa Undead. Segala petarung
yang ditemuinya, entah itu Elf maupn netral akan dicabik olehnya.
Namun belum selesai mereka merayakan untuk senjata barunya, “3 King” kedatangan
tamu. Tamu yang memang pantas untuk menjadi lawan mereka. Mereka hanya
berdua, namun mereka juga memiliki senjata tak kalah hebatnya.
Troll dan Gondar tanpa sengaja melihat cahaya terpancar menuju langit, dan segera
memburu datangnya cahaya tersebut. Mereka berharap jika kemungkinan terburuk itu
tidak terjadi, namun terlambat, Divine Rapier sudah tercipta, dan pemiliknya adalah
Skeleton King yang sangat lihai bersenjatakan pedang.
Aura permusuhan sangat terasa. Tatapan tajam masing-masing sangat menusuk
pikiran.
Tanpa menunggu lama, Skeleton King berlari menuju kedua petarung Elf. Troll dan
Gondar segera mengeluarkan senjata pusaka mereka.
Pertarungan sengit segera terjadi. Troll harus menghadapi gempuran Skeleton King
dan Lich, sedangkan Gondar berhadapan langsung dengan Skeleton King.
Gondar terlihat mendominasi pertarungannya, sebaliknya Troll menghadapi ancaman
serius. Troll terus mencoba bertahan dari gempuran Skeleton King sambil sesekali
menyerang. Namun Troll tiba-tiba menjadi tak berdaya saat Lich mengeluarkan
mantra miliknya “Frost Nova”. Karena kuatnya fisik yang dimiliki troll, dia tidak
menjadi beku, namun gerakannya sangat drastis menjadi lambat.
Skeleton King melambaikan pedangnya dengan sekuat tenaga, namun beruntung bagi
troll dapat menangkis serangan itu dengan kampaknya dan terpental hingga hingga
menabrak pohon yang beberapa langkah di belakangnya. Gondar sudah tak berdaya
lagi, hingga Sand King yang juga kewalahan menghadapi Gondar, langsung masuk ke
dalam tanah dan dengan cepat muncul di tempat troll terpelanting tadi, lalu
melemparkannya. Troll terpelanting lagi, dan jatuh dekat dengan Skeleton King.
Dengan cepat Skeleton King menusukkan pedangnya pada Troll, dan akhirnya Troll
mati. Gondar benar-benar terpukul dengan apa yang dilihatnya itu. Teman
seperjuangannya, walaupun memang terkadang menyebalkan, bagaimanapun juga
Troll adalah partnernya.
Gondar berdiri dihadapan 3 King, sendirian. Skeleton King tersenyum puas
melihat hasil yang didapatkannya. Kaum Elf ternyata tidaklah terlalu kuat, pikirnya.
Gondar dengan pasrah langsung menghilang, dan berlari ke dalam semak belukar
hutan di belakangnya. Dia menangis karena pertempuran ini. Menangis karena
Bangsa Elf hamper tidak tertolong masa depannya, dan yang paling menyakitkan, dia
kehilangan seorang pejuang yang dalam waktu belakangan ini mulai menikmati
bekerja sama dengannya.
Sesaat terbayang wajah konyol yang dilakukan Troll ketika mencoba
menyombongkan kekuatan dan kelihaiannya bertarung. Terbayang ketika Troll terus
mengeluh dalam perjalanan yang tanpa tujuan pasti. Terbayang ketika troll lah yang
menjadi pahlawan utama ketika melawan Monster Batu besar “Roshan” dan
menyelamatkan anak-anak desa. Terbayang wajahnya yang sangat bangga saat dipujapuja
menjadi penyelamat, dan saat mereka terus bersama selama ini.
Gondar berhenti dari larinya dan menancapkan “Sange Yasha” miliknya kepohon
besar didekatnya, tanda kekecewaan dan kemarahanya.
Terdengar bunyi tawa keras 3 King yang mencemooh tubuh tak bernyawa Troll
tergeletak di depan mereka.
Gondar akhirnya mengambil keputusan paling berani, dia akan maju sendirian
menghadapi mereka bertiga, walaupun dia tahu hal itu hanya akan mengakhiri
nyawanya. Namun keputusan sudah dibuatnya. Jika memang harus mati, biarlah aku
mati berdampingan dengan rekan seperjuangan ku.
Dalam posisi menghilang, dia mencoba mendekati 3 King, terutama Sand King yang
pada pertarungan tadi sudah cukup banyak menerima serangan telak yang dilakukan
Gondar. Dia bersiap untuk membunuh Sand King, dengan menebas lehernya, lalu
yang terjadi selanjutnya, dia tidak peduli.
Gondar mengangkat pedangnya, siap membunuh Sand King, tapi tiba-tiba
sesuatu yang tak terduga terjadi. Entah kenapa tubuh Troll mengeluarkan cahaya,
yang secara tiba-tiba cahaya itu menjadi sangat terang dan menyilaukan. Beruntung
bagi Gondar dapat mengalihkan pandangannya saat cahaya itu bersinar saat paling
terang, namun sial bagi 3 King yang karena sangat terkesima, justru dibutakan oleh
sinar tersebut.
3 King menjadi buta sesaat, dan saat itu tidak disia-siakan oleh Gondar, yang dengan
cepat mencabik Sand King dari belakang. Sand King yang merasa jika nyawanya
terancam segera masuk ke tanah dan mencoba melarikan diri sekencang mungkin.
Tapi hal itu menjadi sia-sia karena Gondar mengapitkan “Sange Yasha”nya dan
melemparkannya pada Sand King. Pedang kembar itu meluncur dan tepat mengenai
leher Sand King hingga terbelah.
Skeleton King dan Lich sangat kaget mendapat pemandangan bahwa
saudaranya sendiri, Sand King sudah mati karena serangan licik yang dilakukan
Gondar, terlebih sangat kaget karena di depannya sudah kembali berdiri musuh
mereka yang telah mati. Troll berdiri dengan gagahnya tanpa luka sedikitpun. Dengan
menutup mata, Troll menggerakkan badannya dan mengayunkan kepalanya. Sesaat
dia tersadar jika kalung yang dipakainya, “Aegis” telah menghilang.
Troll : “Tubuhku.. Aku kembali dari kematian, luka-luka ku pun
hilang. Ternyata itu manfaat kalung dari Monster Batu itu. Luar
biasa !”
Troll “Warlord” membuka matanya kembali, dan dihadapannya berdiri musuh yang
benar-benar sangat dibencinya. Tanpa menunggu diserang, Troll menyerang terlebih
dahulu dengan membabi buta. Skeleton King yang mendapat serangan tersebut,
sontak kaget karena gerakan Troll yang luar biasa cepat. Sehebat apapun dia bertahan,
tetap saja serangan Troll tembus mengenainya.
Skeleton King sudah tidak dapat memberi perlawanan karena serangan Troll
yang begitu kejam. Tapi dia tidak khawatir, karena dia adalah Skeleton King. Dia
memiliki kemampuan untuk dapat hidup kembali. Dia sangat ingin melihat wajah
Troll ketika lawannya juga dapat bangkit dari kematian. Gondar yang berurusan
dengan Lich seperti tidak mendapatkan perlawanan yang berarti. Lich King begitu
lamban gerakannya, dan hanya mengandalkan sihirnya. Gondar dengan mudah
mengatasi sihir yang dimiliki Lich, hana dengan menghilang dari pandangan.
Troll hamper mengakhiri pertarungannya, dan hanya dengan sekali tebas
terakhir, Skeleton King akhirnya mati. Lich yang menyadari Skeleton King kalah,
segera mendekatinya, dan membacakan mantranya. Seketika itupula Skeleton King
Kembali hidup. Namun naas, Troll yang sedang sangat marah langsung menghajar
Skeleton King kembali dibantu Gondar, tanpa ampun. Lich melhat jika Skeleton King
mendapat ancaman serius, segera membacakan mantra mautnya.
Lich : “Chain Fro…!”
Tidak terjadi apapun. Dia mencobanya kembali.
Lich : “Chain Fro…!”
Sama sekali tidak terjadi apapun.
Datang dari balik pepohonan, Silencer yang ternyata juga melihat cahaya
penggabungan Divine Rapier tadi, dan segera melesat ke tempat itu.
Ternyata sebelum lich melepaskan mantra terkuatnya, Silencer terlebih dahulu
meneriakkan mantranya, yang membuat Lich tidak dapat mengeluarkan jurus
andalannya.
Silencer yang melihat Troll dan Gondar sangat mendominasi pertarungan
melawan Skeleton King, beralih ke arah Lich yang sudah penuh luka setelah dihajar
Gondar sebelumnya. Silencer mulai menghajar Lich, dan Lich hanya bisa mencoba
bertahan dari serangan2 Silencer, berharap masih hidup ketika mantra Silence itu
habis. Lich sudah terlihat pasrah dengan hasil yang didapatkannya, hingga saat dia
melihat Troll, dengan kampaknya memecahkan perisai Skeleton King, sekaligus
memecahkan tubuh Skeleton King berkeping-keping.
Lich : “Kedua saudaraku……. Mati…….. di tangan Elf….??
Dengan sangat marah, Lich mencoba membaca mantranya kembali:
Lich : “ CHAIN FROSTTT !”
Seketika itu muncul bongkahan Es, yang sangat dingin menyerang Troll, dan dengan
telak mengenainya. Troll membeku total, dan mati saat itu juga. Lalu bongkahan es
itu seperti memantul dan mengejar Gondar. Gondar yang sangat panik dengan
serangan tiba-tiba itu berusaha menghilang, namun Gondar terlambat. Es itu berhasil
mengenainya, tepat sebelum Gondar menghilang dengan sempurna. Secara perlahan,
tubuh Gondar berubah menjadi Es, sangat dingin. Es itu kemudian retak dan akhirnya
rubuh. Gondar yang berada dalam es pun mati dengan tubuh berserakan.
Silencer yang melihat itu, dengan sangat marah melemparkan Cakram yang
dimilikinya tepat ke arah Lich, dan sangat tepat menyerang Jantungnya.
Lich yang memang sudah kehabisan tenaga dan penuh luka karena serangan Gondar
sebelumnya, langsung mati saat cakram itu mengenainya. Bongkahan Es yang
membunuh Troll dan Gondar pun tiba-tiba hilang.
Silencer tertunduk lesu. Peperangan ini sangat menyakitkan hatinya. Dia
merasa sangat sedih karena peperangan ini memang sangat menentukan masa depan
bangsanya, namun hal ini memakan korban orang-orang yang sangat dekat
dengannya. Tubuh-tubuh temannya yang tergeletak tak bernyawa diperhatikannya
dengan tatapan sayu.
Silencer : “Perang ini. Apakah memang harus seperti ini
penyelesaiannya?” gumam silencer
Angin sepoy-sepoy bertiup dan juga dedaunan yang berguguran menemani
kesendirian Silencer, suasana hutan sangat sunyi. Tanpa terdengar suara apapun,
termasuk kicauan burung sekalipun.
Lalu dia mendekati tubuh-tubuh temannya, tanpa memperdulikan tubuh musuh2nya
yang juga tak bernyawa. Kembali dia tertunduk, menangisi kematian temantemannya.
Dia yakin jika perang yang berkepanjangan ini berakhir sampai saat ini.
Dia akan kembali ke kota dan menyampaikan segalanya yang telah dialaminya.
Lalu dia bangkit berdiri, dan berjalan kea rah tubuh Skeleton King yang berserakan
akibat serangan luar biasa yang dilakukan Troll. Dia mengambil Divine Rapier,
sebagai bukti jika Undead sudah tamat.
Divine Rapier itu dipegangnya, dan sesaat dia terkesiman karena pedang itu.
Pedang ini luar biasa, sangat ringan dan luar biasa tajam. Terbayang olehnya jika dia
harus berhadapan dengan Skeleton King dengan memegang senjata itu, pasti dia tak
akan hidup sampai saat ini. Dia pun bangkit dan bersiap untuk kembali. Silencer
berbalik arah, dan sangat kaget oleh kejutan yang sama sekali tidak disangkanya.
Dihadapannya berdiri makhluk Undead, yang sebelumnya dia kenali, yang selama
mengenalnya selalu menyenangkan. Di hadapannya ada Purist dengan perangai baru.
Duduk dengan gagahnya di atas tunggangannya, kuda yang berbentuk tulang
belulang, dialah “Abadon”.
Abadon : “Akhirnya kutemukan para makhluk Elf”
Silencer : “Kau. Kau Purist?”
Abadon : “Purist? Siapa itu? Akulah Abadon, Pangeran dari Avernus”
Silencer : “Tidak, jangan lakukan itu Purist ! Sadarlah !”
Abadon : “Diam, dan matilah !”
Abadon dengan tiba-tiba maju kea rah Silencer, bersiap membelahnya dengan pedang
gaibnya. Silencer tanpa pilihan juga harus melawan Abadon, walaupun dengan sangat
berat hati. Divine Rapier itu dilemparkannya, tepat mengenai Abadon, namun
anehnya pedang itu justru terpental, dan menusuk tanah. Silencer mencoba menyerang
kembali dengan Cakram kebanggannya, namun serangan kali ini gagal kembali dan
justru mengakibatkan bencana bagi Silencer. Sesaat setelah serangan cakram itu,
sekilas tampak seperti sesuatu, seperti perisai tak terlihat menyelubungi Abadon, dan
akibat serangan tadi, perisai itu pecah dan kekuatan mistis dari Abadon mengenainya
dengan sangat telak. Serangan tersebut tidak mungkin di elakkan. Silencer terpental
cukup jauh, berguling-guling di tanah dan menabrak sebuah pohon yang cukup besar.
Silencer berusaha berdiri untuk bertahan hidup. Dia berpegangan pada pohon tersebut,
namun tubuhnya sudah sangat kritis karena luka-luka di pertarungan sebelumnya, dan
terutaman kelelahan yang sangat menguras staminanya. Silencer terduduk lesu,
bersandar pada pohon itu, dan pasrah dengan keadaan ini. Abadon yang melihat
Silencer tak berdaya, memberhentikan tunggangannya, dan menatap Silencer.
Pandangan mereka beradu. Silencer berharap jika tatapannya dapat mengingatkan dan
mengembalikan jiwa kesatria yang dimiliki Purist yang dikenalnya.
Abadon masih tetap terdiam di tempatnya. Dia menatap pedang gaib itu, dan
membacakan sesuatu padanya, dan seketika itu pedang Abadon menyala, seperti
berapi-api namun berwarna biru. Abadon mengangkat pedangnya, dan dengan
gagahnya, tunggangannya meringkik hingga abadon terangkat ke atas. Seketika itu
pula dia melemparkan pedang itu tepat kea rah Silencer. Pedang itu terbang dan
menghujam tubuh Silencer, hingga menembus tubuhnya, dan menancap pada pohon.
Silencer mati seketika. Lalu dengan mulut yang bergerak-gerak, pedang itu
menghilang, dan tubuh Silencer terkulai lemas jatuh ke permukaan tanah.
Abadon yang sudah puas akan pencapaiannya, berjalan menuju Divine Rapier.
Pedang yang menancap itu dicabutnya.
Abadon : “Pedang legenda ini sudah kudapatkan, seluruh pasukan Elf
pun sudah mati. Kini aku akan kembali ke Markas Undead, dan
melaporkannya”.
Tepat saat itu, Rotund Jaere, Raja Undead, membisikkan sesuatu pada Abadon.
Rotund : “Perang ini belum berakhir. Masih tersisa seorang Elf di hutan
itu. Kejarlah dia, bunuh, maka kau akan mendapatkan
penghargaan seringg-tingginya dari ku.
Abadon : “Baiklah, aku akan memburu seorang lagi. Beritahukan
padaku, dimana seorang Elf yang terakhir itu.
Rotund : “Baiklah tunggu sebentar, aku akan mencarikan letak dan
keberadaan Elf terakhir itu”.
Lalu Rotund mengeluarkan sihirnya, untuk mendeteksi keberadaan seorang pejuang
Elf yang terakhir, Kardel “The Sharp Eye”. Rotund sangat berkonsentrasi penuh
dengan menutup matanya, mencari keberadaan lokasi Kardel, hingga dia menyadari
bahwa Kardel sudah menembus batas pertahanan Undead. Pada penglihatannya, dia
melihat Kardel dalam posisi siap menyerang dan telah membidik sasarannya. Kardel
berada di atas dahan pohon tertinggi, dan mengarahkan moncong senapannya pada
sasarannya. Ya sasarannya tidak lain adalah dirinya sendiri.
Di sisi lain, kardel dengan emosi yang sangat terkendali sudah berada cukup
dekat dengan markas Kerajaan Rotund Jaere. Dengan berpijak pada dahan sebuah
pohon tertinggi, dia sudah mengarahkan bidikannya tepat pada penguasa kerajaan
Undead. Dengan napas yang teratur, dia berkonsentras penuh agar bidikannya dapat
langsung membunuh sasarannya. Jubahnya yang menutupi sebagian besar tubuhnya,
secara tidak langsung berhasil membuatnya tak terlihat di tempatnya saat ini. Hanya
menunggu waktu saja hingga dia benar-benar tepat waktu untuk menekan pelatuk
senapanya.
Rotund membuka matanya, dan bergidik. Dia melihat kea rah kanan, dan
menyadari jika disana terdapat pohon yang cukup tinggi. Dengan senduhan kecil,
Kardel melepaskan sebuah peluru, peluru itu terlontar, dan tepat mengenai
sasarannya, Kepala Rotund Jaere.
Rotund terjerembab ke tanah tak bernyawa. Rotund mati saat itu juga karena sebutir
peluru Kardel.
Saat itu juga, kerajaan Undead Musnah. Semua pengikutnya, saat itu juga terkulai, tak
bernyawa. Semua makhluk Undead mati saat itu juga, kecuali Abadon.
Abadon mengejang luar biasa saat Rotund Jaere mati oleh serangan langsung yang
diberikan Kardel. Otot-ototnya membesar, hingga tubuhnya seperti akan meledak. Dia
berteriak sangat keras. Tapi jiwa purist yang masih terkungkung oleh kuasa Undead
dapat melawan dan mengusir kungkungan itu. Seketika kuda itu lenyap dan Purist
terjatuh ke tanah. Tubuhnya sangat lemah, dan pingsan.
Kardel yang menyadari hal itu pun menghampiri tubuh tak berdaya Purist, dan
membantunya berdiri. Tidak lupa Divine Rapier pun dibawanya. Namun Kardel
menyadari, jika dia membawa pedang itu, mungkin akan membawa bencana yang
berkepanjangan, karena bagaimanapun, pedang itu adalah milik Undead. Di tengah
perjalanan pulang, Kardel dan Purist memutuskan untuk mengubur pedang legenda
tersebut, dan merahasiakan keberadaannya. Saat itulah peradaban Elf mulai tumbuh
dan mancapai puncak kejayaan.
Tamat
Beberapa abad setelah itu, lahirlah seorang anak, yang dinamakan Magin (sebenarnya
Magina, namun nama sebenarnya, terdengar sedikit Vulgar). Yang menurut ramalan
Tetua Elf, dia akan menjadi Legenda kaum Elf..
To Be Continue (rencananya)

Selasa, 05 November 2013

Chapter 7

Akhir Pembalasan

BloodSeeker. Makhluk Undead yang sangat beringas, yang menghalalkan
segala cara untuk mendapatkan kejayaan biarpun sesama bangsa, dia tidak segan
untuk mencabut nyawanya . Monster yang sangat kuat.
Matahari tepat diatas kepala, dan kemilau jubahnya sangat menyilaukan mata.
Bloodseeker sedang berjalan tanpa kenal lelah untuk mencari lawannya, para pejuang
Elf. Mencari dan terus mencari demi kejayaan bangsa Undead, terlebih dari itu untuk
mendapatkan gelar kesatria terhebat ketika pulang dari perang ini.
Bloodseeker : “Sial, sudah cukup jauh saya berjalan, tapi hanya sedikit yang
baru kubunuh, itupun tidak berarti apapun. Apakah memang
sudah mati semua ditangan team lain?? Jika begini caranya, aku
hanya dianggap penghibur saja saat aku pulang nanti!!
KEPARAT!!” gerutu bloodseeker
Tanpa dia sadari, sepasang mata sedang mengikuti gerakannya. Mata seorang
pembunuh, dia baru saja akan mulai menyerang Bloodseeker, tapi mengurungkan
niatnya, karena merasakan hawa yang benar-benar dahsyat, yang jika
mencampurinya, justru dialah yang akan kehilangan nyawanya.
Hawa itu nyata, tapi keberadaanya tidak dapat diketahui. Dia mencoba berdiam diri
tanpa membuat gerakan yang membuat bunyi sedikitpun. Dia tahu jika asal dari hawa
tersebut berada disekitarnya, tapi tidak berusaha untuk mendekatinya, dan dia tahu
kalau asal dari hawa itu sedang mengincar tujuan yang sama, yaitu Bloodseeker.
******
Dialah pemancar hawa kegelapan ini. Dialah yang sangat mencari
bloodseeker. Dialah sang monster yang memiliki segala yang diinginkan seorang
petarung, dialah Vengefull Spirit.
Pencarian ini akhirnya berakhir. Setelah berhari-hari mencari akhirnya petunjuk itulah
yang menuntunnya kepada si Penghianat. Tawa itu, tawa itu telah membawanya
kemari. Dendam ini tidak dapat dimusnahkan, jika dia tidak membunuh Bloodseeker.
Gerakannya cepat, dan sangat kuat.
Dan dia sungguh sangat Dendam..
******
Bloodseeker masih tetap berjalan dengan gagahnya, sampai saat dimana
diamerasakan aura itu. Aura yang sangat-sangat kuat memancar hingga Bloodseeker
harus menghentikan langkahnya.
Dia memandang sekeliling dan tak mendapati suatu apapun yang mencurigakan,
hingga dia menyadari awan gelap tiba-tiba melingkupi daerah itu, angina yang tibatiba
berhenti bertiup, dan tumbuh-tumbuhan di sekitar dia layu secara tiba-tiba.
Bloodseeker tahu jika ini adalah suatu ancaman, dan ancaman ini serius. Matanya
tajam memperhatikan sekelilingnya, Telinganya mencari suara dengan seriusnya, dan
Instingnya mengatakan jika pertarungan yang sebenarnya terjadi saat ini.
Tanah disekitar situ lama kelamaan menjadi sangat gersang. Kaki Bloodseeker
terpaku tak beranjak, menunggu hingga segalanya jelas.
Saat yang ditunggu pun dating. Makhluk itu, Vengefull Spirit muncul tepat
beberapa meter dihadapannya. Bloodseeker tidak mengenalnya, tapi itu bukanlah
penghalangnya untuk membunuh Vengefull spirit.
Bloodseeker : “Siapa kau??” Tanya bloodseeker lantang
Vengefull : “………….”
Bloodseeker diam sesaat dan mencoba menerka-nerka.
Bloodseeker : “Apakah kau akan melawanku??” tantang bloodseeker
Vengefull : “…………” tersenyum dan menunjukan giginya yang
membuat bulu kuduk siapapun yang melihatnya berdiri
Bloodseeker : “Kau mengenal ku??”
Vengefull : “Aku sangat mengenal mu Stygwyr!!”
Bloodseeker : “………??” bergumam hanya segelintir orang yang
mengetahui namaku. Apakah dia bangsa Undead juga??
Vengefull : “Kau mengenal aku, karena kaulah yang membuat ku seperti
saat ini!!”
Bloodseeker : “Kau!! Kau mortred?? Dengan wajah penuh tidak percaya
Vengefull : “………..” tersenyum puas melihat wajah terkejut itu.
Bloodseeker : “Hah..!! kau belum puas ternyata. Apapun wujudmu sekarang,
kau tetap sampah!!” Cemooh Bloodseeker
Tatapan mereka beradu. Bloodseeker sangat bersemangat karena akhirnya mendapat
kesempatan untuk bertarung kembali, namun bagaimanapun juga aura yang
dipancarkan Vengefull benar-benar membuat dirinya sedikit kepercayaan dirinya.
Suasana benar-benar hening hingga daerah itu terasa seperti sedang di neraka. Entah
kenapa cuaca yang tadinya begitu cerah tiba-tiba berubah menjadi mendung. Rintik
hujan mulai turun membasahi tanah kering daerah itu.
Dengan pasti bloodseeker mengeluarkan cakarnya. Matanya menjadi merah darah,
dan tubuhnya mendadak mengejang. Namun begitu vengefull tidak juga beranjak dari
tempatnya, sehingga membuat bloodseeker menjadi tidak sabar untuk mulai
menyerang.
Dengan penuh kekuatan, bloodseeker berlari kea rah vengefull untuk memulai
menyerang, namun langkahnya seperti berat karena tanah sekitar itu menjadi
berlumpur karena air hujan.
Blood sudah mengangkat tangannya untuk menyerang vengefull, dan hanya gerakan
kecil, vengefull berhasil menghindarinya. Bloodseeker berbalik arah untuk
melanjutkan serangan berikutnya dan begitu terkejutnya karena vengefull secara tibatiba
berteriak ke arahnya. Sesaat kemudian sangat terasa efek dari teriakan itu
membuat tubuhnya menjadi sangat berat. Serangan-serangan berikutnya seperti tak
berarti baginya, dan tidak bertenaga sama sekali. Vengefull yang merasa sudah cukup
untuk bermain-main, mulai menyerang. Seranganya sangat telak mengenai tubuh
Bloodseeker. Bloodseeker terpental beberapa langkah, dan serangan berikutnya
kembali masuk telak mengenainya.
Bloodseeker membalas serangan kembali, namun Vengefull dapat menghindarinya
kembali, namun serangan tak terduga dilakukan oleh Bloodseeker dan mengenai
tubuh Vengefull dengan cukup telak. Serangan-serangan berikutnya kembali terjadi
dengan sangat hebatnya, namun naas bagi Bloodseeker, kemampuannya tidak mampu
melebihi Vengefull.
Bloodseeker tidak mau mengambil resiko mati ditangan monster yang dahulunya
dipecundanginya. Dia mencoba lari dari Vengefull spirit dengan kencang, dan tidak
mau melihat kebelakang, dan hanya berusaha lari dari kejaran Vengefull spirit.
Namun usahanya sia-sia karena secara mengejutkan dia sudah kembali di posisi
tempat dia melakukan pertarungan tadi. Dari arah berlawanan, Vengefull kembali
dengan kecepatan yang luar biasa dan kembali memberi serangan-serangan telak pada
Bloodseeker.
Vengefull : “Apakah hanya ini kemampuanmu??”
Bloodseeker : “Kurang ajar!!” ucapnya dengan sangat marah
Vengefull : “Kau tidak lebih dari sampah!!” cemooh vengefull
Bloodseeker : “Jangan anggap remeh kemampuanku, Bajingan!!”
Vengefull : “Andai saat itu aku tidak terkena serangan para Elf itu, kau
tidak mungkin dapat membunuhku!!” balas Vengefull
Bloodseeker : “Matilah kauuuu!!”
Blood secara sangat cepat menyerang vengefull. Vengefull yang begitu kaget dengan
serangan itu berusaha menghindar sekuat tenaga agar tidak mengenai serangan
Bloodseeker. Namun serangan itu hanyalah tipuan yang membuat Vengefull terkecoh.
Kesempatan emas itu digunakan bloodseeker untuk lari dari kejaran Vengefull.
Pengejaran pun terjadi cukup hebat, sampai Vengefull mampu mengejar Bloodseeker
dan memberikan serangan padanya dengan cepat. Bloodseeker mendapatkan pukulan
dari Vengefull, namun pukulan Vengefull tidaklah telak, bahkan hamper tak
bertenaga. Bloodseeker yang tadinya berusaha lari dari kejaran merasa sangat yakin
jika mantra yang diberikannya sudah berakibat fatal pada Vengefull, dan melihat
keadaannya.
Ternyata benar, vengefull sudah tidak berdaya dibelakangnya. “Rupture” itu sudah
menghabiskan sebagian besar tenaga yang dimiliki Vengefull. Inilah saat yang
dinanti-nanti, Bloodseeker justru berbalik arah dan mulai menyerang Vengefull
dengan membabi buta.
Saling serang terjadi kembali, dengan kondisi yang sangat berbanding terbalik.
Bloodseeker mendominasi serangan.
Bloodseeker : “Haha.. Kau sudah mengenalku berapa lama hah??” cemooh
Bloodseeker
Vengefull : “Mengapa.. mengapa menjadi seperti ini??”
Bloodseeker : “Sampai di neraka pun kau tak kan tahu kenapa kau selalu
kalah dengan ku. Kemampuanmu berbeda jauh di bawahku!!
Hahahaha” cemooh bloodseeker
Bloodseeker mengeluarkan cakarnya kembali. Kali ini cakar itu lebih panjang dari
cakar yang pernah dikeluarkannya selama bertarung selama ini.
Untuk beberapa saat sebelum kematiannya “kembali”, vengefull menatap bloodseeker
dengan tatapan yang sangat tajam, dan tatapan itu ditanggapi dengan tidak kalah
garangnya oleh Bloodseeker.
Bloodseeker mengangkat tangannya untuk menghunuskan cakarnya ke tubuh
Vengefull untuk mengakhiri pertarungan ini, namun sesaat itu juga vengefull
mengeluarkan seluruh kekuatannya untuk menyerang Bloodseeker.
Serangan itu sangat ampuh dan membuat Bloodseeker seakan membeku di tempatnya,
tanpa bias berbuat apa-apa. Vengefull bangkit berdiri, dan dengan penuh amarah
bersiap untuk menyerang Bloodseeker. Sudah sangat jelas jika saat inilah yang sangat
dinantikan Vengefull spirit untuk membunuh Bloodseeker. Bloodseeker pasrah jika
memang harus ditangan vengefull saat itu juga, namun karena memang kekuatan
Bloodseeker yang luar biasa, efek beku yang dialaminya tadi menghilang, dan
menusukkan cakar tajamnya itu pada Vengefull, dan vengefull berhasil memberikan
serangan yang cukup telak pada Bloodseeker.
Mereka berdua berada pada ujung maut, dan siapapun yang memberikan serangan
selanjutnya dapat dipastikan menjadi pemenang dalam pertarungan itu. Bloodseeker
yang masih memiliki cukup tenaga, berusaha mengangkat tangannya yang lain untuk
kembali menghunuskan cakarnya pada Vengefull, dan …… Jlebbbbbb!!!
Bloodseeker : “Apaaaaa??”
Vengefull : “………….” Menatap mata Bloodseeker untuk yang terakhir
kali.
Bloodseeker : “Ini.. Tidak mungkin…!!”
Bloodseeker tidak memberikan serangan terakhirnya pada Vengefull, dan Vengefull
pun sama sekali tidak memberikan serangan pada Bloodseeker, namun mereka berdua
mendapatkan serangan yang benar-benar Fatal.
Mereka pun terjerembab ke tanah, tak bernafas, Mati.
Suasana saat itu benar-benar sunyi, yang terdengar hanyalah suara gemericik hujan
yang jatuh ke tanah. Tanah daerah itu penuh berlumuran darah. Merah dan tercampur
dalam genangan air hujan.
Dari arah yang gelap, muncul lah Kardel “The Sharp Eye”
Dialah yang memberikan serangan terakhir, berupa tembakan terarah yang menembus
tubuh Bloodseeker dan mengenai Vengefull Spirit.
Kardel yang adalah murni kesatria yang sudah sangat paham tentang peperangan,
menggalikan lubang di tanah tersebut, dan segera menguburkan kedua tubuh tak
bernyawa tersebut. Dipotongnya ranting pohon dan menancapkannya pada kuburan
tersebut, lalu menuliskan sesuatu padanya
“Di sini terbaring Pejuang Undead yang mati oleh Dendam dari perbuatannya”.
Setelahnya, Kardel kembali berlutut dan mendoakan arwah dari kedua petarung
tersebut. Dia lalu berdiri dan menatap kuburan tersebut untuk sesaat dan berbalik
pergi.
Tidak lama setelah itu, Matahari kembali muncul dan memberikan sinarnya untuk
menerangi Dunia. Suasana hutan kembali hidup. Kardel yang untuk sesaat berdiam di
dalam hutan, muncul seiring terang yang menerangi isi Hutan.
Dia memandang sekeliling dan menatap kea rah Timur Laut.
Ya, kesanalah tujuannya. Ke sanalah misi sebenarnya yang diperintahkan oleh Furion,
pemimpin Elf. Dia harus segera menyusup ke Markas Undead. Disanalah kunci
kemenangan.
Namun mampukah dia mencapai Markas itu tanpa harus bertemu dengan jendraljendral
pejuang dari kaum Undead…..??

Chapter 6

Peninggalan Berharga Orc

Matahari sudah setengahnya terbenam disebelah Barat Dunia Dota. Suasananya pun
mulai hening kembali seiring datangnya kabut tebal yang menyelimuti Hutan. Angin pun
dengan malasnya berhembus pelan seiring binatang-binatang hutan kembali ke tempat
tinggalnya.
Di penjuru dunia lain, dua kesatria Sentinel, Troll “Warlord”, dan Gondar “The Bounty
Hunter” berjalan tanpa tujuan jelas. Mereka tidak memahami Misi yang mereka
dapatkan.
“Furion : “Sebenarnya aku sangat berat hati untuk menyatakan ini, karena
saya sangat yakin jika memang ini adalah tugas yang sangat berat,
dan bukan tidak mungkin kalian akan kehilangan nyawa kalian.
Tugas kalian adalah pergi ke arah utara. Jika kalian bertemu aliran
sungai, ikuti sungai itu, berjalanlah menyusuri sungai itu terus
menerus hingga daerah itu benar-benar aman, jika ada makhluk
undead, taklukkan mereka.”
Gondar : “Mengapa saya diberikan misi seperti ini?? Bahkan untuk
bertemu dengan Undead saja sepertinya mustahil di tempat seperti
itu!! Bukankah saya salah satu pahlawan andalan Elf??”
Furion : “Kalian semua adalah jendral-jendral terhebat sentinel, misi yang
kuberikan pada masing-masing dari kalian adalah yang terbaik,
sesuai kemampuan kalian. Misi mu adalah membantu Troll
Warlord untuk menjaga kawasan itu, sebab ada kabar angin yang
mengatakan di daerah itu terdapat dua buah bagian dari barang
legenda yang jika tak digabungkan, maka tidak memiliki arti
apapun. Barang itu hanya bias digabungkan dengan barang Pusaka
turun temurun yang ketika perang zaman dahulu jatuh ke tangan
Undead. Saya sebagai Pemimpin Sentinel sangat berharap jika
kalian mampu menjaga daerah itu dari jangkauan Scourge. Jangan
sampai lengah”.
Gondar : “Baiklah. Kami tak kan mengecewakan Raja”
Telah beberapa hari mereka berjalan tanpa tujuan yang jelas. Mereka hanya menyusuri
arah sungai, dan terus menerus melakukan itu sepanjang hari.
“Troll : “Sebenarnya kita ini ngapain sih?? Sementara pasukan lain asik
menghajar antek-antek Undead, kita malah disuruh menyusuri
sungai. Apa gunanya latihan ku selama ini??.
Gondar : “Ini perintah raja, jangan terus-terusan menggerutu. Saat raja
mengatakan misi ini kepadaku, sepertinya ada sesuatu yang
dirahasiakan, dan kita diperintahkan untuk menjaga daerah ini.
Entahlah, tapi ini adalah perintah langsung dari Raja kita”.
Troll : “Rahasia apa yang ada di daerah seperti ini?? Binatang buas pun
tidak ada, cuman nyamuk.” Troll semakin menggerutu.
Gondar : Tenang sedikit, sepertinya aku mendengar sesuatu. Seperti suara
tangisan. Datangnya dari arah sana. Ayo kita cari sumbernya, siapa
tahu itu adalah team bangsa kita yang sedang terdesak!!”
Troll : “Akhirnya aku mendapatkan pertarungan ku.. hahahaha.. “
Benar saja, tak jauh dari tempat Gondar mendengar suara itu, mereka menemukan
sejumlah anak kecil, terkurung dalam lubang yang ditutup pakai ranting pohon yang
cukup kokoh.
Hanya dengan Sekali hantam saja, kayu penutup tempat kurungan itu dihancurkan oleh
troll. Gondar dengan gesit mencoba mengeluarkan anak kecil itu dari tempat pengap itu,
sedang troll mencoba mengamankan situasi, berjaga-jaga jika penjahat yang menyekap
anak-anak itu kembali.
Namun sial, saat itu juga, muncul makhluk besar, gelap, seluruh tubuhnya Batu, dan tentu
sangat kuat.
Troll : “Gile bener, apaan tuh??” Troll takjub juga takut
Gondar : “Apapun itu, harus kita hancurkan. Maju Troll, itu hadiah kejutan
untuk pemanasan sebelum bertarung dengan Undead”.
Troll : “Kau selamatkan dulu mereka, setelah itu Bantu aku!!!”
Gondar : “Beressss !!”
Troll mendongak untuk melihat kepala dari Makhluk batu itu.
Matanya sangat tajam, mata seorang petarung kelas atas. Otot-ototnya mengeras,
instingnya meningkat tajam, dan tubuhnya memanas karena rasa senang karena saat yang
ditunggu-tunggu akhirnya datang : “Bertarung”.
Troll pun langsung maju menghadapi batu raksasa yang dikenal “Roshan” itu. Saling
hantam tak ter elak kan, Troll terlihat mendominasi serangan. Serangannya sangat cepat
hingga sulit terlihat oleh kasat mata. Tapi bagaimanapun yang dihadapi nya itu adalah
Batu yang sangat keras. Sampai akhirnya Bongkahan batu yang dilempar Roshan tepat
mengenai Troll, dan Troll terpental karena serangan itu. Untuk sementara, Troll merasa
tak berdaya.
Pada saat bersamaan, Gondar yang telah berhasil melepaskan anak-anak tawanan itu,
segera berlari ke arah Monster Batu itu.
Terlihat sekali jika Gondar pun bukan tandingan roshan. Gondar pun mendominasi
pertarungan seperti Troll, tapi serangan-serangan yang diberikan benar-benar tidak berarti
untuk roshan. Sadar jika serangannya tidak menghancurkan monster itu, Gondar berteriak
pada Troll :
“Gondar : “Trolllllllllllll..!!!! Ini seharusnya menjadi tugas mu. Aku hanya
seorang mata2. Kalau lawan seperti ini saja tidak bisa kau hadapi, sudah jelas
Raja Furion telah salah memberi mu gelar WarLord”.
Troll : “…………………. Aaaaaaaaaarrrrrrrrgggggggghhhhhhhh!!!!”
Sesaat tenaganya mencapai puncak tertinggi dan semangatnya pulih kembali.
Troll membabi buta kembali menghajar Roshan. Beberapa pukulannya telak sekali
menghantam kepala monster batu itu. Gondar pun ikut membantu walau tanpa memberi
serangan yang cukup berarti.
Sesaat sebelum ajalnya, monster batu itu berhasil membuat troll dan Gondar kewalahan,
sampai pada akhirnya Troll dan Gondar memukul dan menebas kepala Roshan secara
bersamaan, hingga kepala Monster batu itu pecah.
Troll : “Gerakan nya memang pelan, tapi benar-benar kuat !!”.
Gondar : “Tubuhnya benar-benar keras sekali, pedang ku sampai hancur”
sambil melihat pedang yang ada ditangannya hancur
Troll : “Kampak ku pun hancur. Tapi yang terpenting, dia telah hancur.
Lalu misi kita bagaimana? Tanpa senjata ku, aku tak pantas disebut
Warlord”.
Gondar : “Sebaiknya kita selamatkan terlebih dahulu anak-anak itu, jika
memungkinkan, kita kembali ke kerajaan untuk mengambil senjata
cadangan”. (sambil berlalu meninggalkan Troll)..
Ketika troll akan berlari menghampiri Gondar, matanya menangkap sesuatu yang
berkilau. Dari reruntuhan monster batu itu, dia menemukan sebuah kalung, yang entah
kegunaan nya pun dia tak tahu. Dia berpikir jika harga kalung itu pasti mahal jika dijual
saat pulang ke kota nanti. Kalung itu diambilnya, lalu dipakainya, “siapa tahu saat misi
selesai, harganya mahal.. hehehe” gumamnya dalam hati, lalu bergegas membantu
Gondar untuk menyelamatkan anak-anak itu.
Sesampainya di desa tempat anak-anak itu tinggal, mereka disambut layaknya “Tuhan”.
Penduduk desa membantu untuk mengobati luka-luka saat pertempuran tadi. Ternyata
sebagian besar warga kampung itu adalah makhluk troll dan Orc, dan Troll Warlord tibatiba
saja menjadi pujaan di kampung itu.
Sampai beberapa hari kemudian, Troll dan Gondar akan pamit untuk keluar dari
kampung itu, untuk kembali ke kerajaan untuk mengambil senjata cadangan, lalu kembali
melanjutkan misi.
Sesaat sebelum pergi, Kepala Desa itu memanggil mereka untuk mengucapkan
terimakasih atas bantuannya.
Kepala Desa : “Terimakasih untuk pahlawan-pahlawan sentinel, kalian telah
membebaskan putraputri kami, dan telah membebaskan kami
dari terror monster batu itu. Dengan apa kami dapat membalas
kebaikan kalian.”
Troll : “Hahaha.. itu belum seber…”( yang tiba-tiba terdiam setelah
disikut oleh Gondar ).
Gondar : “Desa ini tidak berhutang budi pada kami, karena kalian sudah
berniat baik untuk menerima kami, dan mengobati luka2 kami saat
itu. Lagipula keramahan warga desa ini patut diacungi jempol”
Kepala Desa : “Memang setiap orang disini harus membiasakan diri untuk selalu
ramah terhadap orang lain. Pendahulu kami adalah pejuang2 hebat,
yang telah korbankan nyawa mereka bagi desa ini, dan hasilnya,
anak2 mereka kehilangan figure orang tua. Oleh karena nya,
kampung kami ingin sekali melihat dunia ini bebas dari
peperangan, dan hidup saling berdampingan”.
Gondar : “Kerajaan kami pun menginginkan hal itu, tapi memang sudah
tabiat dari Undead untuk selalu menguasai alam. Bagaimanapun,
yang terkuat yang akan menang”.
Kepala Desa : “Jangan berprinsip seperti itu lagi, karena perang tidak akan
berakhir jika tetap memegang teguh prinsip seperti itu terus.
Ubahlah pegangan hidup kalian menjadi “Yang Terpintar akan
bertahan”..
Troll & Gindar : “………?????” (Kalau cuman pintar, bagaimana mau
melawan..??)
Kepala Desa : “Hahaha, kalian pasti mengira, bahwa itu tidak mungkin, tapi
percayalah, hal itu benar. Jika begitu, saya sebagai seorang kepala
di desa ini, memberikan kalian senjata turun temurun dari leluhur
kami. Kami tidak membutuhkan senjata itu. Semoga kalian adalah
orang yang tepat untuk menjadi penerus dari senjata ini”.
Lalu sang kepala desa memanggil penjaganya, dan memerintahkan mengambil pusaka
itu. Tak berapa lama, beberapa orang datang membawa 2 kotak berukuran cukup besar.
Ketika kotak itu dibuka, Gondar dan Troll tercengang, mereka tidak menyangka bahwa
barang legenda yang sering mereka dengarkan adalah nyata, bahkan mereka akan segera
menjadi pemilik barang legenda itu. “Monkey King Bar” dan “Sange Yasha”.
“Kepala Desa : “Pemilik kampak itu adalah Tauren. Karena kekuatan yang
dimilikinya, setiap pertempuran yang dipimpinnya selalu
dimenangkannya. Oleh karenanya, dia mendapat gelar Tauren
Chieftain. Sedangkan pedang itu adalah milik Orc bersaudara,
bernama Yurnero dan Mogul Khan, yang dating dari
pengembaraan”.
“Mereka pun menjadi legenda di desa ini. Mereka telah membantu
menjaga desa ini dari serangan perampok-perampok dari dalam
hutan, sampai pada saat mereka harus berhadapan dengan 3
pasukan scourge. Mereka dikenal sebagai King bersaudara.
Sebenarnya kekuatan mereka berimbang, namun salah satu dari
king tersebut memiliki mantra yang sangat mematikan. Dalam
sekejap, kesatria orc dapat di kalahkan. Scourge memang sengaja
memburu kesatria-kesatria netral agar pada suatu saat nanti, jika
Terjadi peperangan terakhir, tidak ada kesatria yang membantu
Sentinel”.
Troll : “Benar-benar biadab….!! Mereka membunuh hanya karena
alasan seperti itu? Jika nanti mereka bertemu dengan ku, akan
kuhabisi mereka”.
Gondar : “Sebenarnya, apa yang dimaksud oleh anda (Kepala desa) adalah
sekarang saatnya. Scourge dan Sentinel sepakat mengakhiri perang
tak berkesudahan ini dengan mengirimkan ke 10 kesatria masingmasing
pihak, untuk menunjukkan bangsa mana yang pantas untuk
melanjutkan kehidupan di tanah ini. Kami berdua di utus oleh raja
kami untuk siaga di daerah sekitar sungai ini. Entah apa tujuan
nya, kami harus mengikuti perintah”.
Kepala Desa : “Hmmm.. Kabar yang kudengar, memang terdapat beberapa
rahasia di hutan itu. Salah satunya adalah terdapat beberapa
pecahan yang harus di satukan, yang nantinya akan menciptakan
sebuah barang legenda. Untuk kebenaran nya, tidak ada yang tahu,
karena itu adalah mitos”.
Troll : (berbisik pada Gondar) “Wah, tugas kita akan berat, scourge pasti
akan mengirimkan beberapa pasukan nya untuk mencari pecahan
itu”. Bisik Troll dengan semangat meluap-luap.
Gondar : “Hmm.. jadi begitu.. Baiklah, kami harus kembali ke sungai
untuk mewaspadai scourge. Terimakasih atas bantuan warga desa
ini”.
Hari menjelang sore ketika Gondar dan troll berjalan kembali ke sungai untuk berjaga
dan mewaspadai sekitar situ. Awalnya mereka mengira bahwa tugas mereka begitu
ringan, ternyata dugaan mereka salah. Tapi mereka benar-benar sedang di atas angina
karena bagaimanapun juga, untuk saat ini, mereka tidak dapat dipandang sebelah mata
dengan memegang senjata baru mereka.
Tugas mereka adalah sederhana, yaitu menjaga peluang agar scourge tidak menemukan
titik kemenangan dari rahasia disekitar sungai itu, dan berusaha agar tidak mati
Apakah MKB dan Sange Yasha mampu membuat setiap jagoan scourge tak berkutik..??

Chapter 5

Jubah Pusaka

Pagi itu matahari bersinar cerah. Burung-burung beterbangan hinggap sana
kemari dengan riangnya. Sesaat tidak ada yang mengganggu keceriaan ini hingga
sosok Bloodseeker muncul yang sedang dalam perjalanan entah kemana. Dia hanya
mengikuti naluri saja untuk terus melanjutkan langkahnya yang entah kemana, dia
pun tak mengetahuinya sampai akhirnya dia berhenti sejenak di tepi sungai.
Menghilangkan rasa haus setelah berjalan jauh.
Saat sedang beristirahat itu, samar2 dia mendengar suara beberapa bandit hutan
sedang merencanakan sesuatu.
Bandit 1 : “Hey, ayo kita serang sekarang, aku sudah muak menunggu
terus”.
Bandit 2 : “ Jangan sekarang. Kita tunggu hingga malam, lalu sergap
tiba-tiba, mereka pasti panik..”
Bandit 1 : “Baik jika memang menurutmu itulah ide paling bagus”
Bandit 3 : “Tapi kudengar kepala suku itu cukup hebat, dan mereka
memiliki benda pusaka, tapi tentang kebenaranya belum ada
diantara teman-teman kita yang melihatnya secara langsung”
Bandit 2 : “ Jubah itu..??
Bandit 3 : “Ya benar”
Bandit 2 : “Ahh itu hanya mitos yang mereka buat agar tidak seorangpun
diantara kita berani untuk mencoba menyerang desa mereka.
Buktinya, tidak ada yang pernah melihat nya kan?”
Bandit 1 : “Bilang saja kamu takut. Haha. Pulang saja kalau takut”
Bandit 3 : “Hanya untuk memastikan saja, bukan berarti aku takut. Kita
sudah sepakat bukan, kalau tidak ada kata Takut dalam kamus
bahasa kita?”
Bandit 1 + 2 : “hahahaha…..kamu memang pandai berbicara!”
Walaupun jengkel, tidak dapat dipungkiri, ada rasa takut juga dalam diri mereka,
walaupun itu hanya sedikit. Tapi hal itu tidak boleh diperlihatkan, karena hanya akan
dikucilkan dan mendapat cemoohan dari kelompok Bandit seperti mereka.
Bloodseeker yang mendengar pembicaran itu merasa penasaran.
Bloodseeker : *bergumam “Jubah pusaka? Mitos? apa kehebatan jubah itu??
Aku harus mencari tahu tentang benda ini”
Blood pun mengikuti bandit tadi secara diam-diam hingga mereka berhenti dalam
semak lebat dan berhenti tanpa alasan. Ternyata mereka menunggu waktu hingga
malam, dan bandit-bandit itu benar-benar menyerang sebuah dusun di pedalaman
hutan. Mereka membabi buta menghancurkan dusun itu, membakar dan menyiksa
penduduk dusun itu. Semua yang mencoba melawan dibunuhnya.
Bloodseeker memang pembunuh berdarah dingin dari bangsa Undead, tapi melihat
gaya menyerang Bandit-bandit yang terus menyerang tanpa adaperlawanan itu merasa
jijik.
Blood : “Hmm.. gaya pertarungan bandit kampung” *meludah
Lalu muncul dari sebuah gubuk paling besar di ujung di dusun itu, sosok petarung
seperti pelindung di dusun itu, itulah Kepala Suku yang dipercaya untuk melindungi
dusun itu dari serangan musuh luar.
Melihat sosok itu, bandit-bandit tadi beralih untuk mencoba menyerang nya. Sayang
sekali, kepala suku itu terlalu kuat untuk para bandit. Tanpa butuh waktu lama, dua
dari bandit itu mati dibuatnya, dan sisanya lari kabur pontang panting.
Blood yang melihat hal itu merasa tertantang, apalagi ketika melihat jubah yang
dipakai kepala suku itu. Lalu Bloodseeker muncul di hadapan nya.
Bloodseeker : “Hmm.. Boleh juga kemampuan mu. Siapa kau??”
Ursa : “Aku adalah kepala suku di dusun ini, namaku Ursa. Siapa
kau?? Kau bagian dari bandit2 itu??
Bloodseeker : “Aku..?? bagian dari bandit2 itu?? haha.. untuk menjadi
pelayan ku saja, mereka tidak layak..”
Ursa : “Lalu apa mau mu..??”
Bloodseeker : “Aku tidak seperti bandit2 itu, membakar semuanya dan
membunuh yang tak berguna. Aku hanya menginginkan jubah
itu, dan meninggalkan kalian”.
Ursa : “Jubah ini adalah “Assault Cuiras”, ini adalah peninggalan
leluhur kami, kami akan menjaganya dengan seluruh kekuatan
kami, bahkan kami rela mengorbankan nyawa kami !!”
Blodseeker : “Jika begitu, sepertinya aku harus memaksa”
blood mengeluarkan cakarnya, bersiap melawan Ursa.
Ursa : “Lebih baik mati daripada menyerahkan pusaka kami..!!”
Ursa juga mengeluarkan cakarnya. Mata mereka beradu.
Malam yang begitu dingin berubah menjadi panas karena aura dari keduanya sangat
kuat memenuhi udara disekitar mereka. Hembusan angina menerpa mereka, hingga
membuat jubah itu bergemerencing bunyinya.
Blood sudah bersiap menyerang. Matanya berubah merah menyala, pertanda dia telah
dirasuki oleh insting membunuh yang sangat kuat.
Pertarungan terjadi, Saling baku hantam antar keduanya. Sial bagi Bloodseeker,
karena Ursa terlalu tangguh dengan jubah itu. Dengan sangat kuatnya, Ursa memukul
tanah dan daerah sekitar itu berguncang hebat. Bloodseeker terpental karenanya.
Pukulan2 Ursa telak menghantam bloodseeker.
Bloodseeker tidak menyangka jika dirinya benar-benar sudah tak berdaya, ajal sudah
didepan mata, Ursa hanya tinggal menghabisinya saja. Ursa yang memang bukan
petarung tipe pembunuh, merasa iba karena dia menganggap Blood tidak
mengganggu warga dusun itu. Ursa meninggalkan blood terkapar begitu saja, dan
berjalan kembali ke kampungnya.
Tiba2 Ursa merasa seluruh tubuhnya tercabik-cabik, seperti terkena sayatan
bendatajam. Giliran Ursa yang hampir mati saatni. Ursa mempercepat langkahnya
kembali ke dusun untuk meminta penyembuhan. Sampai di dusun itu, ursa disambut
oleh warganya seperti pahlawan, dan mengobati lukanya. Tapi aneh, luka itu semakin
parah, dan darah mengalir terus dari luka itu. Dia tidak tahu harus bagaimana.
Saat itu juga, muncul Bloodseeker dengan cakarnya yang lebih panjang dan mata
yang benar-benar merah bagai darah.
Ditusuknya ursa sampai mati, dan meminum darahnya tanpa tersisa, untuk
memulihkan tenaganya yang terkuras cukup banyak saat bertarung tadi. Warga dusun
yang melihat hal itu lari berhamburan. Tanpa menunggu lama, Blood segera merebut
jubah itu dan memakainya.
Bloodseeker : “Luar biasa, jubah ini keras sekali, dan sangat ringan. Pantas
saja aku kalah dibuatnya. Jubah ini adalah kunci kekuatan ku.
Bahkan, Raja ku sendiri beserta panglima kebanggaannya itu
tidak sangup untuk mengalahkan ku. Hahahaha”
Bloodseeker tertawa sangat keras. Dia sangat puas akan perjalanan ini. Dia tidak
menyangka jika akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga.
Tawa bloodseeker membahana. Dusun itu menjadi dusun mati, warganya pergi
meninggalkan dusun itu. Blood kembali tertawa. Tawanya sangat keras, hingga
membahana ke dalam hutan.
Sebuah sosok mendengar tawa itu, suara tertawa yang selalu diingatnya. Suara tawa
yang membuat dendam nya semakin menggebu. Dia mulai mengejar tempat
munculnya suara tawa itu. Kekuatan luar biasa yang akan membunuh Bloodseeker.
Dialah Vengefull Spirit. Perburuan olehnya pun dimulai.
Tapi ada seorang lagi yang juga tertarik pada suara blood itu, dan mencoba
mencarinya.. Siapa dia??

Senin, 04 November 2013

Chapter 4

Jiwa Kegelapan

Hari itu, matahari sangat cerah. Kehidupan Hutan terasa hidup saat itu.
Hembusan angina membuat pohon2 sekitar bergemeresak. Di penjuru dunia sebelah
Utara, 3 jagoan dari kaum elf berjalan mencari pasukan Undead. Mereka adalah
Purist, Nortrom, dan Lina Inverse. Perjalanan yang memikul beban berat tidak terasa
oleh mereka. Jalinan persahabatan timbul dari awal mereka memulai perburuan ini.
Purist : “Sudah lama kita berjalan, tak satupun undead yang kita
lewati..”
Nortrom : “Haha, mungkin sudah keburu habis oleh teman2 kita yang
lain. Oh ya, sebelum kita pergi, pemimpin bangsa kita cukup
lama menatap mu, dan sepertinya berharap penuh padamu. Ada
apa sih??” silencer ingin tahu
Purist : “Ohh itu.. hehe.. Bukan apa2, mungkin aku punya mantra
penyembuh, jadi aku diharap bisa membantu jika nantinya kita
berhadapan langsung dengan pasukan Undead, maupun regu
lain jika diseran”. jawab purist ringan
Nortrom : “ Kalau begitu nantinya kita akan saling membantu, karena
kemampuanku membuat musuh tidak bisa cast skill. Terkadang
sangat membantu.”
Purist : “Terkadang?? Haha”
Nortrom : “hehe, dan si penghancur, Lina. Kudengar belum ada seorang
pun yang bisa menahan sihir mu”
Lina : “Entahlah, aku jarang menggunakan jurus maut ku, kalaupun
terpaksa, hanya menggunakan sebagian kecil tenaga ku saja..”
Purist : “Lengkap.. Penyembuh, Support, Finishing”.
Nortrom : “Jadi tidak sabar ingin ketemu para undead itu, haha”
Purist : “ada saatnya kawan”. Tidak usah terburu-buru hehe”.
Ikatan batin mereka begitu kental dan akrab, sampai saat mereka harus berhadapan
dengan pasukan Undead. Tak jauh dari situ, 2 orang pemburu buas dan haus darah
dari kaum Undead, Naix dan Pugna memperhatikan mereka. Sadar jika pasukan
sentinel tidak memperhatikan, mereka merencanakan penyerangan terlebih dahulu.
Naix : “Lihat, santapan di depan mata..”
Pugna : “Kelihatannya lemah, cari yang lain saja..”
Naix : “Bodoh, mereka 3 orang.. Bayangkan penghargaan yang
diberi raja nanti.. sudah, kau duduk saja, biar kutangani
sendiri..”
Pugna : “Jangan serakah, Naix. Sisakan wanita yang berbaju merah itu
padaku..”
Naix : “ Y sudah, sisanya buat ku, kau cukup mendapatkan wanita
berbaju merah itu saja. hahaha”.
Pugna : “Beres.”
Naix dan pugna berjalan mengendap endap dari dalam hutan. Mata pemburu naix
dengan jeli memperhatikan gerak gerik mangsanya. Sampai saat dimana Naix secara
tiba2 muncul dan menyerang purist, pasukan elf yang kurang siaga, sangat kaget
karena mendapatkan serangan tiba2 itu.
Purist : “Repel..”
Saat itu juga seperti ada cahaya yang mengelilingi Purist yang membuatnya kebal
terhadap serangan untuk sesaat.
Pertarungan sengit antara naix dan purist yang dibantu Nortrom tak terelakkan. Adu
pukul antar mereka sangat hebat, tapi naix bertarung membabi buta. Walaupun sudah
diserang oleh Purist dan Nortrom, sepertinya tenaganya tak kunjung habis, sedangkan
purist terlihat mulai kelelahan, dan serangan Nortrom seperti tak berarti bagi naix.
Di pihak lain Pugna yang berhadapan dengan Lina baru saja dimulai. Ahli sihir dari
masing-masing kubu berhadapan. Tatapan mereka sangat dingin. Masing-masing dari
mereka tidak tahu kemampuan sihir yang dimiliki oleh lawannya.
Tanpa basa basi, Pugna langsung menancapkan tongkat sihirnya ke tanah, dan
memukuli Lina. Dengan seluruh jurus yang dimiliki, Lina menghabisi Pugna.
Lina : “Phoenix..” .. “Stun(lupa nama jurusnya coy, sory)”
Sihir Lina telak mengenai Pugna. Pugna sekarat, namun Lina sudah kehabisan
tenaganya, Benar2 habis. Tongkat itu telah menyerap seluruh tenaganya. Giliran
Pugna mengerluarkan sihirnya.
Pugna : “Life Drain..”
Sihir itu menyedot semua kekuatan Lina, sedangkan Pugna pulih kembali karena
seluruh tenaga lina hampir habis di serapnya. Melihat Lina sudah hampir terkapar,
Pugna menghentikan sihirnya, dan akan menghabisi Lina. Pugna membaca mantra
penghancur miliknya, dan mengarahkannya pada Lina.
Pugna : “Nether Blast !!”
Lina yang terkejut melihat sihir selanjutnya yang akan dikeluarkan Pugna pun sontak
mengerahkan sihir andalannya. Saat bersamaan, dengan sisa tenaga yang dimiliki,
Lina mengeluarkan sihir mematikannya.
Lina : “Laguna Blade !!”
Kedua sihir tadi beradu, dan hasilnya luar biasa. Ledakan besar terjadi, Lina dan
Pugna berada didalam area mematikan itu dan terkena ledakan tadi. Suasana hening
sejenak, bahkan Purist dan naix yang sedang sengit bertarung, untuk sesaat berhenti
untuk melihat kejadian itu..
“………..” Pugna dan Lina lenyap seketika. Ledakan luar biasa..
Purist : “Ohh Tidak.. Dia gunakan seluruh tenaganya..!!”
Purist benar-benar tidak menyangka apa yang dikatakan oleh Lina tadi bukan Cuma
omong kosong. Sihir yang dimilikinya luar biasa.
Nortrom : “Purist, Belakangmu..!!”
Dengan cepat purist membalik badan lalu menahan pukulan naix. Purist sudah dapat
dipastikan kalah melawan naix. Nortrom berupaya menarik perhatian naix.
Kutukannya tepat terkena pada naix. Nortrom berhasil menarik perhatian Naix, yang
untuk sesaat Purist dapat memulihkan diri. Naix segera menyerang Nortrom, dan
hanya beberapa pukulan, Nortrom habis dibuatnya. Purist yang masih tersadar
langsung membantu Nortrom.
Purist : “Healing..”
Seketika nortrom pulih, tenaganya kembali seperti semula. Naix yang terlihat sudah
sangat kelelahan untuk menghadapi kedua lawannya, berusaha kabur dari pertarungan
itu, namun Purist dan Nortrom mengejar, dan Naix tidak bisa lari dari kejaran mereka.
Entah kenapa gerakan Naix seperti ada yang menahan dan memperlambat larinya.
Nortrom langsung mengeluarkan senjata utamanya, cakram besar, dan langsung
melemparkannya pada naix. Cakram itu tepat mengenai leher naix, dan naix mati saat
itu juga, terpenggal.
Nortrom segera menghampiri purist yang sudah tergeletak, hampir mati. Disandarkan
nya purist pada sebatang pohon dan mencoba menahan lukanya.
Nortrom : “Perlawanan mu tadi sangat hebat kwan”. Nortrom mencoba
menghibur.
Purist : *tersenyum kecil menahan malu dan sakit “Bagaimanapun
mereka kuat sekali. Undead memang sangat kuat”. sambil
menahan rasa sakit
Nortrom : “Jangan banyak bicara kawan, simpan tenagamu”.
Purist : “Percuma, aku tak akan selamat. Sebaiknya kau lanjutkan
pencarian ini, carilah anggota team lain”.
Nortrom : “Tapi.. tapi..”
Purist : “Cepaaaaaaatttttttttt..!!!!!”
Nortrom : “……”
Nortrom sebenarnya tidak rela jika harus meninggalkan rekan perjuangannya tapi dia
sadar jika purist pasti akan mati, dan memerintahkannya justru untuk membantu team
yang lain. Air matanya menetes dan jatuh ditelapak tangan Purist.
Nortrom bangkit, menatap mata purist untuk terakhir kalinya, dan berjalan mencari
team lain. Dia berusaha tampak tegar, tapi hatinya tak kuat menahan sedih itu. Dua
orang teman dalam perburuannya mati hari itu juga. Dia tak menyadari hal ini akan
terjadi, dia tak menyangka Undead begitu kuatnya, dan juga tak menyangka jika
temannya mati demi menyelamatkan dia. Langkah gontay menyertainya dalam
perjalanannya.
Sedangkan purist yang tinggal menunggu ajal hanya bisa melihat Nortrom yang
semakin menjauh. Menangis. Tertunduk, tak bernapas.
“…..”
Siang pun berubah menjadi malam. Awan gelap berjalan pelan melewati Bulan
Purnama. Kabut tebal menyeimuti Hutan. Suasana begitu sunyi, hanya ditemani suara
burung hantu yang menemani dinginnya malam.
Di tempat itu tergeletak empat tubuh tak bernyawa hasil pertarungan siang tadi.
Tiba-tiba Purist bernapas lagi, matanya terbuka, dan pelan namun pasti mencoba
bangkit dari kematiannya, kepalanya kembali tegak, pucat, dan matanya menandakan
rasa haus membunuh.
Ternyata setelah terjadi ledakan dari benturan sihir tadi, tongkat pugna terlepas dan
jatuh dekat dengan Purist. Kekuatan mistis tongkat itu telah merenggut jiwa kesatria
yang dimiliki Purist dan mengubahnya menjadi jiwa yang haus akan membunuh.
Dia adalah Abadon “Lord of Avernus”. Dengan tenang, dia bangkit berdiri dan
menatap sekitar. Dengan kekuatan mistis nya, muncul sebuah pedang dari tangannya,
lalu membaca sebuah mantra, dan seketika datanglah sebuah tunggangan serupa kuda,
tapi hanya tulang belulang kokoh. Dia naik ke atasnya dan mulai berjalan, mulai
memburu pasukan Elf. Dan satu elf yang sudah pasti akan dia temukan, yaitu melalui
jalan yang dilalui oleh rekan perjuangannya, Nortrom. Ya, dia akan memburu
Nortrom, walaupun tadinya Nortrom adalah temannya, Naluri membunuhnya tak
terbendung.
Pengejaran dimulai saat itu..

Chapter 3

Pembebasan

Hari itu cahaya matahari masih cerah, hutan-hutan tampak hijau dan segar.
Dengan langkah pasti, 2 pemburu Undead mencari kaum elf dengan cepat. Mereka
adalah Balanar dan Nevermore yang sangat ingin sesegera mungkin menemukan
lawan tangguh untuk menunjukkan kebolehan mereka.
Balanar : “Minggir kau Nevermore, para pecundang elf itu harus
kudapatkan, pemimpin mempercayakan tugas ini padaku”
Nvm : “………”
Balanar : “Aku belum pernah melihat mu sebelumnya, apa hebatnya
kau?? Melihat bentuk tubuh mu saja sudah membuat ku malu
jika mereka tahu kalau kamu adalah kamu Undead.
Pemimpin bangsa kita sangat paham dengan kemampuan ku,
terlebih jika dimalam hari. Kau akan melihatnya nanti. Itulah
sebab mengapa mereka para Sentinel bodoh dan lemah itu
menjuluki ku “Night Stalker” Sombong balanar”
Balanar menunjkkan taringnya pada Nvm sambil menggeram untuk menunjukkan
sangat menakutkannya jika harus bertarung dengannya.
Nvm : “…………….”
Balanar yang merasa tidak diperdulikan juga semakin acuh, dan tidak menggubris
Nevermore. Jika perlu, dia akan meninggalkannya sendirian, agar dapat segera
menemui lawannya.
Tiba2 Nvm merasa sesuatu yang mengganggu pikirannya, tapi dia tidak tahu hal itu,
hanya perasaannya saja.
Nevermore : “Hey balanar tunggu sebentar, aku merasa ada yang aneh
sekitar sini. Aku akan memeriksa sebentar”
Balanar : “Kau pergi saja periksa sekitar sini, aku muak berlama-lama
dengan mu. Aku akan terus memburu para bajingan Elf itu!!”
jawab balanar ketus
Akhirnya nevermore berhenti untuk melihat sekitar itu. Dia berhenti pada suatu
tempat dimana beberapa pohon tumbuh begitu rapat dan Nvm melihat beberapa
bandit hutan sedang berjaga-jaga. Setelah melihat bandit-bandit itu hanya berjumlah
tiga orang, tanpa banyak pertimbangan, Nvm langsung datang dan menyerang
mereka. Karna memang dia salah satu utusan terbaik Undead, hanya sesaat, bandit2
itu mati dibuatnya. Sesaat tubuhnya mengejang dan Api yang terdapat dalam
tubuhnya menyala semakin terang. Jiwa setiap lawan yang dibunuhnya akan dihisap
dan menjadi budaknya.
Nevermore : “Hahhhhhhhh, kekuatan ku bertambah walaupun hanya
sedikit, tak percuma kalian ku bunuh..!!”
Lalu Nvm melihat sesuatu mengkilap di tanah. Di ambilnya benda itu. Seperti amulet,
berwarna biru, dan terasa hangat. Dipakailah amulet itu dan ajaib sekali api dalam
tubuhnya mendadak lebih besar dan bertambah panas.
Nevermore : “Wah hebat sekali, amulet ini memberiku kekuatan lebih.”
Benda itu adalah “Wraith Band”
Nvm melanjutkan perjalanan mengejar Balanar.
Saat itu juga, balanar sedang sendiri, berlari tanpa arah tanpa kenal lelah hanya untuk
mencari lawan yang sesungguhnya.
Balanar : “Siapapun juga yang berada di dekat sini, segera keluarlah
karena kepalan ku sudah sangat gatal ingin menghabisi
musuhku”
teriak Balanar tanpa tahu siapa tujuan dia berteriak.
Tanpa dia sadari, sepasang mata sudah memata-matainya sejak kedatangannya.
Gerakannya anggun tanpa terdengar, dan dengan pasti mengarahkan serangannya
pada Balanar.
Serangan tiba-tiba muncul dari balik pepohonan. Balanar yang tanpa persiapan
terkena panah di kakinya. Balanar sangat marah karena serangan tiba-tiba itu. Hari
yang masih sore berubah menjadi malam sesuai keinginan balanar.
Balanar : “Siapa itu?? Keluar kau pengecut, Tunjukkan dirimu..!!”
Tanpa terlihat rasa sakit, Balanar mematahkan panah yang menancap di kakinya.
Muncul serangan panah lagi dari balik pepohonan dekat dari serangan pertama. Panah
itu dengan cepat tertuju pada balanar. Tapi gerakan balanar sangat cepat, panah itu
berhasil di tangkapnya dan dipatahkan dengan genggamannya dengan mudah.
Balanar : “Berengsek, Makhluk lemah, jangan sembunyi, lawan aku
sekarang..!!”
Langit yang tiba-tiba berubah menjadi malam sesuai keinginan balanar sangat
membantu dalam pergerakan bagi Balanar.
Tiba2 mirana melompat dari balik hutan. Wanita pemberani dengan tunggangannya
Harimau berwarna putih, siap beradu dengan Balanar. Tatapan mereka beradu. Gengsi
dipertaruhkan. Balanar adalah Makhluk malam yang sangat kuat, sedangkan Mirana
dikenal pahlawan di malam hari.
Pertarungan tak ter elakkan. Tanpa basa basi, Balanar langsung menyerang secara
bertubi-tubi tanpa henti, sedangkan mirana hanya mencoba menghindari pukulan
balanar dan sesekali melemparkan anak panah.
Balanar : “Void..!!”
Mirana terkena kutukan balanar, gerakan tubuhnya melamban. Tanpa menunggu
lama, kesempatan itu langsung dipakai balanar untuk menyerang mirana. Pukulan2
nya telak pada mirana. Pertarungan hampir dapat dipastikan, jika kemenangan
berpihak pada balanar.
Dengan sisa tenaga yang ada, mirana mengeluarkan jurus mautnya
Mirana : “Starfall..!!
Kekuatan cahaya bintang langsung menyerang balanar, dan telak mengenainya.
Balanar terkapar lemas. Dia berteriak kesakitan karena baru kali ini dia dipermalukan
seperti ini, terlebih saat malam hari. Tapi Balanar pantang untuk menyerah, dan
dengan tubuh terluka parah akibat serangan Mirana tadi, dengan sempoyongan dia
mencoba kembali melawan Mirana. Tanpa pikir panjang, mirana mengambil anak
panahnya, membidiknya pada Balanar, dan tepat mengenai kepala. Balanar Tewas
seketika. Mirana kelelahan luar biasa, seluruh tenaganya habis untuk mengeluarkan
jurus terakhirnya itu.
Untuk sesaat Mirana merasa lega karena dapat membunuh seorang utusan Undead.
Namun ternyata belum selesai penderitaannya, sosok Undead baru muncul di
hadapannya. Ya, dialah Nevermore, Nvm dengan kekuatan yang melimpah,
berhadapan dengan Mirana yang sudah pasrah pada keadaan itu, dan berharap belas
kasihan dari NVM. Sayang sekali, Undead tidak memiliki rasa belas kasih untuk Elf,
atau untuk bangsa lain.
Mirana mencoba menyerang Nvm. Dia mengambil busur dan menarik anak
panahnya sekuat mungkin, berharap Nvm dapat rubuh hanya dengan sebuah serangan.
Panah meluncur kencang ke arah Nvm. Mirana.optimis, karena Nvm tidak mencoba
menghindar sama sekali. Tapi harapan itu musnah seketika, karena panah itu hanya
menembus Nvm, dan tidak terjadi apa2 padanya, bahkan tidak menyentuhnya.
Mirana yang melihatnya sangat ketakutan dan pasrah pada keadaan itu. Dia sadar jika
saat ini dia sedang berhadapan dengan “Sang Pengumpul Jiwa” milik Undead.
Cukup 1 pukulan untuk membunuh mirana. Nvm tertawa sekeras2nya
Nvermore : “Hahaha, inikah utusan kaum elf itu?? Pecundang.. Jiwamu
harus menjadi budak ku..” Jiwa mirana dihisap nya, dan Nvm
tertawa lagi sekeras2nya. Kekuatan ku jauh bertambah.
Nevermore : “Ternyata orang ini cukup kuat juga, sampai2 balanar mati
dibuatnya”
Tapi perasaan Nevermore masih saja tidak enak sejak perjalanannya tadi. Sepertinya
ajal akan menjemputnya. Dia menatap sekitar tempat dia berdiri, tapi tak satupun
orang di situ.
Nvm mencoba tidak mempedulikan firasatnya itu, dan melanjutkan perjalanan dengan
was-was.
Ternyata instingnya berkata benar. Tak jauh dari situ, seorang pemburu dari elf sudah
membidiknya, bidikan tepat di jantung NVM. Dengan sentakan kecil, peluru perak
meluncur dan telak mengenai NVM.
Nevermore : “Apa..?? Siapa itu..??” sambil mencari arah yang
menyerangnya.
Serangan barusan benar-benar berakibat fatal padanya, hingga menguras seluruh
tenaganya.
Sebuah peluru meluncur lagi, dan tepat mengenai dada Nvm. Nevermore mati tanpa
perlawanan.
Kardel menghembuskan napasnya dan turun dari atas pohon.Dengan langkah tenang,
dia menghampiri Nvm yang sudah tergeletak menemui ajalnya. Dia melihat jiwa2
yang selama ini dikurung dan diperbudak oleh Nvm memberontak untuk terbebaskan
dari dalam cahaya api dalam tubuhnya, termasuk mirana. Dan cahaya muncul dari
tubuh Nvm. Seluruh jiwa yang telah dikuasai oleh Nvm terbang lepas, termasuk jiwa
mirana dan menghampiri Kardel.
Mirana : “Terimakasih pak tua, kau telah membebaskan kami..”
Kardel : “……” Mengangguk
Mirana : Kejayaan elf berada di pundak mu, pak tua. Aku yakin itu.
Selesaikan misi yang kita emban. Jangan kecewakan kami, pak
tua..” lalu terbang ke langit sambil tersenyum
Kardel : “Beristirahatlah” sambil melambaikan tangan
Seketika Malam kelam berubah menjadi Sore kembali. Kardel yang takjub akan
kejadian barusan langsung berlutut dan mendoakan arwah2 yang diperbudak itu.
Kardel melanjutkan perjalanan, menembus hutan lebat, dan langsung menuju markas
Undead. Inilah misi yang harus diembannya. Pemimpin Elf secara rahasia
memberikan misi ini untuk Kardel. Mengendap dalam gelap dan tanpa jejak.
Selamatkah dia ..??

Chapter 2

 Dendam



Matahari hampir terbenam, perjalanan para pahlawan elf terus berlanjut. Para
pahlawan Elf yaitu Raigor, Rikimaru, dan warlock berjalan menjadi sebuah regu.
Mereka mencoba menjalani misi ini dengan menghilankan rasa takut dengan cara
mengobrol.
Rikimaru : “Sebenarnya aku tak menyangka, Tuan Furion memanggil ku
untuk menjalankan tugas berat ini”
Warlock : “Jangan merendah seperti itu rikimaru. Semua bangsa elf tahu jika
kau adalah seorang mata2 terbaik”
Rikimaru : “Hanya memata-matai tak membuatku lebih penting dari kalian”
Raigor : “Justru kita kelompok yang handal, aku dan warlock spesialis caster
penghancur musuh, kau memata-matai musuh incaran kita. Tak ada yang dapat
mengalahkan kita, hahaha!!”
Rikimaru : “Semoga perjalanan ini sesuai perkiraan kalian”
Rikimaru memiliki firasat yang buruk mengenai perjalanan ini. Dia tahu jika mereka
adalah pejuang yang masuk dalam kategori yang dapat diandalkan, dan persiapan
mereka juga sudah sangat baik, namun entah kenapa dia tetap gelisah.
Hari semakin gelap. Kelelahan melanda mereka. Namun mereka cemas jika hari
menjadi gelap, Undead pasti berkeliaran.
Raigor : “Hey rikimaru, Sebaiknya kita beristirahat dulu. Periksa keadaan
sekitar, jika ada ancaman beritahu kami”
Rikimaru :“Serahkan pada ahlinya..haha!!”
Dengan langkah cepat dan berhati-hati, Rikimaru pun berkeliling untuk
mengamankan wilayah tempat mereka akan beristirahat. Berkeliling, menatap ke atas
pohon, tak ada yang luput dari penglihatan nya. Akhirnya setelah beberapa menit
melihat keadaan dan merasa jika tempat itu yakin aman, dia segera berteriak pada
Raigor dan Warlock.
Rikimaru : “Daerah ini aman, bagus untuk tempat istirahat kita!!”
Raigor : “Baik cepat kembali kemari!!Hei kenapa kau diam saja Warlock??”
Tapi warlock terdiam dan menatap ke suatu tempat yang gelap di antara
beberapa pohon dan berkata :
Warlock : “Insting ku merasa jika kita telah di tunggu oleh seseorang. Tapi ini
sebatas insting saja.”
Raigor Termenung mendengar perkataan warlock, dan menyruh rikimaru memeriksa
ulang daerah itu. Lama mereka menunggu jawaban dari Rikimaru. Dan hal tak
terduga Rikimaru muncul. Rikimaru terpelanting ke arah mereka. Dari balik
kegelapan muncul penyerang itu. Dialah Mortred “Phantom Assasin”.
Tanpa banyak bicara Warlock membacakan matra penyembuh untuk rikimaru, dan
untuk sesaat Rikimaru membaik. Saat tatapan ketiga pahlawan Elf menatap Mortred
yang dengan gagahnya membalas tatapan mereka. Secara tiba-tiba Lion datang dari
arah sebaliknya dan menyerang Warlock.
Lion : “Impale..!!”
Seketika dari dalam tanah muncul duri2 mematikan dan tepat mengenai warlock..
Perhatian Raigor teralih kepada lion dan dengan segera dia menghantamkan senjata
berupa bongkahan kayunya ke tanah.
Raigor : “Fissureeee!!”
tanah itu terbelah. Untuk sementara lion terpisah dari mereka.
Tanpa mereka sadari Mortred sudah ada dihadapan Raigor dan pukulannya Telak
mengenai raigor. Raigor jatuh berguling2, hampir tak sadarkan diri. Lion yang sesaat
terpisah ternyata sudah kembali pada mereka untuk ikut berpesta dengan mortred
untuk menghabisi ketiga jagoan Elf.
Melihat rekannya Rikimaru dan Warlock tidak berdaya akhirnya Raigor
mengeluarkan kekuatan terakhirnya, walaupun harus mengorbankan nyawanya, dia
tidak peduli. Diangkatnya bongkahan kayu miliknya setinggi mungkin, dan
menghantamkan lagi ke tanah dengan kekuatan yang sangat dahsyat.
Raigor : “Echo Slammm!!”
serangan kali ini sangat telak untuk mortred dan lion.
Kelelahan yang luar biasa, dan terkena serangan mematikan dari mortred serta jurus
mematikan miliknya sendiri, akhirnya Raigor tewas. Lion yang masih tersadar setelah
terkena serangan terakhir raigor mencoba untuk mengeluarkan mantra paling
mematikan miliknya. Mengangkat tongkatnya setinggi mungkin,
Lion : “Finger Death!!”
Warlock pun terkena sihir mematikan dari Lion. Rikimaru tak tinggal diam, dengan
pisaunya, diapun menikam punggung dan leher Lion sampai mati.
Suasana hening sejenak. Dilihatnya Raigor dan 2 orang undead tergeletak mati.
Warlock : “Kau masih bisa melanjutkan perjalanan ini Rikimaru??”
Rikimaru yang meihat kondisi Warlock seperti itu benar2 terpukul, dan
mencoba menyemangatinya, walaupun dia tahu itu akan sia-sia.
Rkimaru : “Ya aku masih sanggup..!! Kamu juga harus mampu warlock !!”
Rikimaru memohon
Warlock : “Perjalananku cukup sampai disini saja..!! Bagaimanapun kita
harus…. kita harus selamatkan kaum Elf.. “Regu lain menunggu bantuan mu”
perintah warlock.
Rikimaru : “Tunggulah disini, aku akan segera mencari bantuan..!” Tegas
rikimaru .
Warlock hanya dapat tersenyum melihat Rikimaru masih mencoba untuk
menyelamatkannya, dan bergumam inilah prajurit Elf, benar-benar membanggakan.
Lalu rikimaru pergi secepat mungkin mencari bantuan. Mencari desa di sekeliling
hutan, atau siapa saja yang bisa menolong rekan nya.
Sesaat keadaan sunyi, warlock hampir tak sadarkan diri, datanglah sosok lain dari
Bangsa Undead. Peminum darah korban nya, dapat berlari sangat cepat, dan cakarnya
dapat menghancurkan apapun. Dialah Stryghwyr the “Bloodseeker” .
Blood : “Hmm…Lion dan Mortred tidak dapat membunuh makhluk lemah
seperti kalian?? Sungguh memalukan untuk bangsa undead !!
Namun warlock belum sepenuhnya habis. Sadar akan mengahdapi ancaman dari kubu
Undead, diapun membaca sihir terkuatnya.
Warlock : “Rain of Chaos!!”
Seketika jatuhlah batu menyala-nyalakan api dari atas langit dan hampir mengenai
Bloodseker. Tapi dengan kelihaiannya, dia dapat menghindar dari batu itu, bahkan
membelahnya dengan cakar kuatnya.
Blood :“Cukup bermainnya bodoh. Matilah kau!!”
Warlock mati terkena tebasan.
Blood :“Haha, kalian kaum lemah banyak omong. Pantas saja Raja kami malu
jika hidup berdampingan dengan kalian. Hahaha!!”
Lalu dilihatnya Mortred tergeletak tak berdaya di dekat situ, dan menghampirinya.
Dilihatnya sosok mortred berlumuran darah, butuh pertolongan segera.
Blood : “Hmmm… Tidak berguna. Memalukan Undead!! Mati kau !! Cakar
itu menusuk dan mengoyak perut Mortred hingga tak bisa melakuan apapun selain
menunggu kematian nya.
Bloodseeker tertawa sekeras mungkin, dan memandang sekeliling. Dilihatnya
Rikimaru terpaku melihat nya.
Rikimaru : “Kau…Kau…kejam, bahkan rekan mu sendiri …!!!”
Blood : “Makhluk lemah itu?? Itu bukan rekan ku… Dia hanyalah tumbal
untuk misi ini hahaha!! Cemooh Bloodseeker.
Rikimaru lari pontang panting. Hidupnya terancam. Lari sekencang mungkin,
Mengeluarkan bom asap membuat sekitar itu penuh kabut tebal, tak mungkin
Bloodseeker menemukannya dalam kabut setebal ini. Kesalahan fatal menimpa
rikimaru. Seluruh tubuhnya merasa kesakitan, darah bercucuran dari tubuhnya, dan
tak bisa berlari lagi. Tertunduk lemas. Bersembunyi dalam kabut, berharap situasi ini
menolongnya.
Ternyata perkiraan Rikimaru salah. Dia adalah peminum darah, dapat mencium aroma
darah dari jarak yang jauh, dan dia sedang mencium aroma darah!! Dari balik kabut,
Bloodseeker muncul sangat cepat dan cakar itupun terhunus dalam tubuh rikimaru.
Blood : “Hahaha.. Makhluk bodoh..!!!” Cemooh Bloodseeker dan
melanjutkan perjalanan lagi.
Dia tahu jika mortred sebenarnya masih hidup ditempat dia menemukannya tadi, tapi
tak memedulikannya, karena semakin sedikit yang kembali untuk melaporkan
kemenangan ini pada Raja Undead, semakin berharga dan tenar namanya.
Matahari sudah hilang sepenuhnya di sebelah Barat, dan udara semakin terasa
dingin. Mortred tergeletak tak berdaya bercucuran darah, sendiri ditemani beberapa
tubuh tak bernyawa hasil pertarungan tadi. Di tempat itu, Sesaat sebelum Mortred
benar2 menghembuskan napas terakhir, dia bersumpah dalam dirinya. Sumpah atas
dendam yang sangat dalam. Sumpah yang mengerikan. Sambil menitikkan air mata
karena sakit pada tubuhnya dan sakit hati atas ucapan Bloodseeker tadi, Dia
bersumpah : Kau akan merasakan Pembalasan Dendamku !!
Akhirnya Mortred mati dengan jiwa penuh kebencian, amarah, dendam yang menjadi
sebuah sosok kuat dan menakutkan. Jiwa yang penuh akan balas dendam. Dialah
“Vengefull Spirit”