Blogger templates

Senin, 04 November 2013

Chapter 4

Jiwa Kegelapan

Hari itu, matahari sangat cerah. Kehidupan Hutan terasa hidup saat itu.
Hembusan angina membuat pohon2 sekitar bergemeresak. Di penjuru dunia sebelah
Utara, 3 jagoan dari kaum elf berjalan mencari pasukan Undead. Mereka adalah
Purist, Nortrom, dan Lina Inverse. Perjalanan yang memikul beban berat tidak terasa
oleh mereka. Jalinan persahabatan timbul dari awal mereka memulai perburuan ini.
Purist : “Sudah lama kita berjalan, tak satupun undead yang kita
lewati..”
Nortrom : “Haha, mungkin sudah keburu habis oleh teman2 kita yang
lain. Oh ya, sebelum kita pergi, pemimpin bangsa kita cukup
lama menatap mu, dan sepertinya berharap penuh padamu. Ada
apa sih??” silencer ingin tahu
Purist : “Ohh itu.. hehe.. Bukan apa2, mungkin aku punya mantra
penyembuh, jadi aku diharap bisa membantu jika nantinya kita
berhadapan langsung dengan pasukan Undead, maupun regu
lain jika diseran”. jawab purist ringan
Nortrom : “ Kalau begitu nantinya kita akan saling membantu, karena
kemampuanku membuat musuh tidak bisa cast skill. Terkadang
sangat membantu.”
Purist : “Terkadang?? Haha”
Nortrom : “hehe, dan si penghancur, Lina. Kudengar belum ada seorang
pun yang bisa menahan sihir mu”
Lina : “Entahlah, aku jarang menggunakan jurus maut ku, kalaupun
terpaksa, hanya menggunakan sebagian kecil tenaga ku saja..”
Purist : “Lengkap.. Penyembuh, Support, Finishing”.
Nortrom : “Jadi tidak sabar ingin ketemu para undead itu, haha”
Purist : “ada saatnya kawan”. Tidak usah terburu-buru hehe”.
Ikatan batin mereka begitu kental dan akrab, sampai saat mereka harus berhadapan
dengan pasukan Undead. Tak jauh dari situ, 2 orang pemburu buas dan haus darah
dari kaum Undead, Naix dan Pugna memperhatikan mereka. Sadar jika pasukan
sentinel tidak memperhatikan, mereka merencanakan penyerangan terlebih dahulu.
Naix : “Lihat, santapan di depan mata..”
Pugna : “Kelihatannya lemah, cari yang lain saja..”
Naix : “Bodoh, mereka 3 orang.. Bayangkan penghargaan yang
diberi raja nanti.. sudah, kau duduk saja, biar kutangani
sendiri..”
Pugna : “Jangan serakah, Naix. Sisakan wanita yang berbaju merah itu
padaku..”
Naix : “ Y sudah, sisanya buat ku, kau cukup mendapatkan wanita
berbaju merah itu saja. hahaha”.
Pugna : “Beres.”
Naix dan pugna berjalan mengendap endap dari dalam hutan. Mata pemburu naix
dengan jeli memperhatikan gerak gerik mangsanya. Sampai saat dimana Naix secara
tiba2 muncul dan menyerang purist, pasukan elf yang kurang siaga, sangat kaget
karena mendapatkan serangan tiba2 itu.
Purist : “Repel..”
Saat itu juga seperti ada cahaya yang mengelilingi Purist yang membuatnya kebal
terhadap serangan untuk sesaat.
Pertarungan sengit antara naix dan purist yang dibantu Nortrom tak terelakkan. Adu
pukul antar mereka sangat hebat, tapi naix bertarung membabi buta. Walaupun sudah
diserang oleh Purist dan Nortrom, sepertinya tenaganya tak kunjung habis, sedangkan
purist terlihat mulai kelelahan, dan serangan Nortrom seperti tak berarti bagi naix.
Di pihak lain Pugna yang berhadapan dengan Lina baru saja dimulai. Ahli sihir dari
masing-masing kubu berhadapan. Tatapan mereka sangat dingin. Masing-masing dari
mereka tidak tahu kemampuan sihir yang dimiliki oleh lawannya.
Tanpa basa basi, Pugna langsung menancapkan tongkat sihirnya ke tanah, dan
memukuli Lina. Dengan seluruh jurus yang dimiliki, Lina menghabisi Pugna.
Lina : “Phoenix..” .. “Stun(lupa nama jurusnya coy, sory)”
Sihir Lina telak mengenai Pugna. Pugna sekarat, namun Lina sudah kehabisan
tenaganya, Benar2 habis. Tongkat itu telah menyerap seluruh tenaganya. Giliran
Pugna mengerluarkan sihirnya.
Pugna : “Life Drain..”
Sihir itu menyedot semua kekuatan Lina, sedangkan Pugna pulih kembali karena
seluruh tenaga lina hampir habis di serapnya. Melihat Lina sudah hampir terkapar,
Pugna menghentikan sihirnya, dan akan menghabisi Lina. Pugna membaca mantra
penghancur miliknya, dan mengarahkannya pada Lina.
Pugna : “Nether Blast !!”
Lina yang terkejut melihat sihir selanjutnya yang akan dikeluarkan Pugna pun sontak
mengerahkan sihir andalannya. Saat bersamaan, dengan sisa tenaga yang dimiliki,
Lina mengeluarkan sihir mematikannya.
Lina : “Laguna Blade !!”
Kedua sihir tadi beradu, dan hasilnya luar biasa. Ledakan besar terjadi, Lina dan
Pugna berada didalam area mematikan itu dan terkena ledakan tadi. Suasana hening
sejenak, bahkan Purist dan naix yang sedang sengit bertarung, untuk sesaat berhenti
untuk melihat kejadian itu..
“………..” Pugna dan Lina lenyap seketika. Ledakan luar biasa..
Purist : “Ohh Tidak.. Dia gunakan seluruh tenaganya..!!”
Purist benar-benar tidak menyangka apa yang dikatakan oleh Lina tadi bukan Cuma
omong kosong. Sihir yang dimilikinya luar biasa.
Nortrom : “Purist, Belakangmu..!!”
Dengan cepat purist membalik badan lalu menahan pukulan naix. Purist sudah dapat
dipastikan kalah melawan naix. Nortrom berupaya menarik perhatian naix.
Kutukannya tepat terkena pada naix. Nortrom berhasil menarik perhatian Naix, yang
untuk sesaat Purist dapat memulihkan diri. Naix segera menyerang Nortrom, dan
hanya beberapa pukulan, Nortrom habis dibuatnya. Purist yang masih tersadar
langsung membantu Nortrom.
Purist : “Healing..”
Seketika nortrom pulih, tenaganya kembali seperti semula. Naix yang terlihat sudah
sangat kelelahan untuk menghadapi kedua lawannya, berusaha kabur dari pertarungan
itu, namun Purist dan Nortrom mengejar, dan Naix tidak bisa lari dari kejaran mereka.
Entah kenapa gerakan Naix seperti ada yang menahan dan memperlambat larinya.
Nortrom langsung mengeluarkan senjata utamanya, cakram besar, dan langsung
melemparkannya pada naix. Cakram itu tepat mengenai leher naix, dan naix mati saat
itu juga, terpenggal.
Nortrom segera menghampiri purist yang sudah tergeletak, hampir mati. Disandarkan
nya purist pada sebatang pohon dan mencoba menahan lukanya.
Nortrom : “Perlawanan mu tadi sangat hebat kwan”. Nortrom mencoba
menghibur.
Purist : *tersenyum kecil menahan malu dan sakit “Bagaimanapun
mereka kuat sekali. Undead memang sangat kuat”. sambil
menahan rasa sakit
Nortrom : “Jangan banyak bicara kawan, simpan tenagamu”.
Purist : “Percuma, aku tak akan selamat. Sebaiknya kau lanjutkan
pencarian ini, carilah anggota team lain”.
Nortrom : “Tapi.. tapi..”
Purist : “Cepaaaaaaatttttttttt..!!!!!”
Nortrom : “……”
Nortrom sebenarnya tidak rela jika harus meninggalkan rekan perjuangannya tapi dia
sadar jika purist pasti akan mati, dan memerintahkannya justru untuk membantu team
yang lain. Air matanya menetes dan jatuh ditelapak tangan Purist.
Nortrom bangkit, menatap mata purist untuk terakhir kalinya, dan berjalan mencari
team lain. Dia berusaha tampak tegar, tapi hatinya tak kuat menahan sedih itu. Dua
orang teman dalam perburuannya mati hari itu juga. Dia tak menyadari hal ini akan
terjadi, dia tak menyangka Undead begitu kuatnya, dan juga tak menyangka jika
temannya mati demi menyelamatkan dia. Langkah gontay menyertainya dalam
perjalanannya.
Sedangkan purist yang tinggal menunggu ajal hanya bisa melihat Nortrom yang
semakin menjauh. Menangis. Tertunduk, tak bernapas.
“…..”
Siang pun berubah menjadi malam. Awan gelap berjalan pelan melewati Bulan
Purnama. Kabut tebal menyeimuti Hutan. Suasana begitu sunyi, hanya ditemani suara
burung hantu yang menemani dinginnya malam.
Di tempat itu tergeletak empat tubuh tak bernyawa hasil pertarungan siang tadi.
Tiba-tiba Purist bernapas lagi, matanya terbuka, dan pelan namun pasti mencoba
bangkit dari kematiannya, kepalanya kembali tegak, pucat, dan matanya menandakan
rasa haus membunuh.
Ternyata setelah terjadi ledakan dari benturan sihir tadi, tongkat pugna terlepas dan
jatuh dekat dengan Purist. Kekuatan mistis tongkat itu telah merenggut jiwa kesatria
yang dimiliki Purist dan mengubahnya menjadi jiwa yang haus akan membunuh.
Dia adalah Abadon “Lord of Avernus”. Dengan tenang, dia bangkit berdiri dan
menatap sekitar. Dengan kekuatan mistis nya, muncul sebuah pedang dari tangannya,
lalu membaca sebuah mantra, dan seketika datanglah sebuah tunggangan serupa kuda,
tapi hanya tulang belulang kokoh. Dia naik ke atasnya dan mulai berjalan, mulai
memburu pasukan Elf. Dan satu elf yang sudah pasti akan dia temukan, yaitu melalui
jalan yang dilalui oleh rekan perjuangannya, Nortrom. Ya, dia akan memburu
Nortrom, walaupun tadinya Nortrom adalah temannya, Naluri membunuhnya tak
terbendung.
Pengejaran dimulai saat itu..

0 komentar:

Posting Komentar