Blogger templates

Selasa, 05 November 2013

Chapter 5

Jubah Pusaka

Pagi itu matahari bersinar cerah. Burung-burung beterbangan hinggap sana
kemari dengan riangnya. Sesaat tidak ada yang mengganggu keceriaan ini hingga
sosok Bloodseeker muncul yang sedang dalam perjalanan entah kemana. Dia hanya
mengikuti naluri saja untuk terus melanjutkan langkahnya yang entah kemana, dia
pun tak mengetahuinya sampai akhirnya dia berhenti sejenak di tepi sungai.
Menghilangkan rasa haus setelah berjalan jauh.
Saat sedang beristirahat itu, samar2 dia mendengar suara beberapa bandit hutan
sedang merencanakan sesuatu.
Bandit 1 : “Hey, ayo kita serang sekarang, aku sudah muak menunggu
terus”.
Bandit 2 : “ Jangan sekarang. Kita tunggu hingga malam, lalu sergap
tiba-tiba, mereka pasti panik..”
Bandit 1 : “Baik jika memang menurutmu itulah ide paling bagus”
Bandit 3 : “Tapi kudengar kepala suku itu cukup hebat, dan mereka
memiliki benda pusaka, tapi tentang kebenaranya belum ada
diantara teman-teman kita yang melihatnya secara langsung”
Bandit 2 : “ Jubah itu..??
Bandit 3 : “Ya benar”
Bandit 2 : “Ahh itu hanya mitos yang mereka buat agar tidak seorangpun
diantara kita berani untuk mencoba menyerang desa mereka.
Buktinya, tidak ada yang pernah melihat nya kan?”
Bandit 1 : “Bilang saja kamu takut. Haha. Pulang saja kalau takut”
Bandit 3 : “Hanya untuk memastikan saja, bukan berarti aku takut. Kita
sudah sepakat bukan, kalau tidak ada kata Takut dalam kamus
bahasa kita?”
Bandit 1 + 2 : “hahahaha…..kamu memang pandai berbicara!”
Walaupun jengkel, tidak dapat dipungkiri, ada rasa takut juga dalam diri mereka,
walaupun itu hanya sedikit. Tapi hal itu tidak boleh diperlihatkan, karena hanya akan
dikucilkan dan mendapat cemoohan dari kelompok Bandit seperti mereka.
Bloodseeker yang mendengar pembicaran itu merasa penasaran.
Bloodseeker : *bergumam “Jubah pusaka? Mitos? apa kehebatan jubah itu??
Aku harus mencari tahu tentang benda ini”
Blood pun mengikuti bandit tadi secara diam-diam hingga mereka berhenti dalam
semak lebat dan berhenti tanpa alasan. Ternyata mereka menunggu waktu hingga
malam, dan bandit-bandit itu benar-benar menyerang sebuah dusun di pedalaman
hutan. Mereka membabi buta menghancurkan dusun itu, membakar dan menyiksa
penduduk dusun itu. Semua yang mencoba melawan dibunuhnya.
Bloodseeker memang pembunuh berdarah dingin dari bangsa Undead, tapi melihat
gaya menyerang Bandit-bandit yang terus menyerang tanpa adaperlawanan itu merasa
jijik.
Blood : “Hmm.. gaya pertarungan bandit kampung” *meludah
Lalu muncul dari sebuah gubuk paling besar di ujung di dusun itu, sosok petarung
seperti pelindung di dusun itu, itulah Kepala Suku yang dipercaya untuk melindungi
dusun itu dari serangan musuh luar.
Melihat sosok itu, bandit-bandit tadi beralih untuk mencoba menyerang nya. Sayang
sekali, kepala suku itu terlalu kuat untuk para bandit. Tanpa butuh waktu lama, dua
dari bandit itu mati dibuatnya, dan sisanya lari kabur pontang panting.
Blood yang melihat hal itu merasa tertantang, apalagi ketika melihat jubah yang
dipakai kepala suku itu. Lalu Bloodseeker muncul di hadapan nya.
Bloodseeker : “Hmm.. Boleh juga kemampuan mu. Siapa kau??”
Ursa : “Aku adalah kepala suku di dusun ini, namaku Ursa. Siapa
kau?? Kau bagian dari bandit2 itu??
Bloodseeker : “Aku..?? bagian dari bandit2 itu?? haha.. untuk menjadi
pelayan ku saja, mereka tidak layak..”
Ursa : “Lalu apa mau mu..??”
Bloodseeker : “Aku tidak seperti bandit2 itu, membakar semuanya dan
membunuh yang tak berguna. Aku hanya menginginkan jubah
itu, dan meninggalkan kalian”.
Ursa : “Jubah ini adalah “Assault Cuiras”, ini adalah peninggalan
leluhur kami, kami akan menjaganya dengan seluruh kekuatan
kami, bahkan kami rela mengorbankan nyawa kami !!”
Blodseeker : “Jika begitu, sepertinya aku harus memaksa”
blood mengeluarkan cakarnya, bersiap melawan Ursa.
Ursa : “Lebih baik mati daripada menyerahkan pusaka kami..!!”
Ursa juga mengeluarkan cakarnya. Mata mereka beradu.
Malam yang begitu dingin berubah menjadi panas karena aura dari keduanya sangat
kuat memenuhi udara disekitar mereka. Hembusan angina menerpa mereka, hingga
membuat jubah itu bergemerencing bunyinya.
Blood sudah bersiap menyerang. Matanya berubah merah menyala, pertanda dia telah
dirasuki oleh insting membunuh yang sangat kuat.
Pertarungan terjadi, Saling baku hantam antar keduanya. Sial bagi Bloodseeker,
karena Ursa terlalu tangguh dengan jubah itu. Dengan sangat kuatnya, Ursa memukul
tanah dan daerah sekitar itu berguncang hebat. Bloodseeker terpental karenanya.
Pukulan2 Ursa telak menghantam bloodseeker.
Bloodseeker tidak menyangka jika dirinya benar-benar sudah tak berdaya, ajal sudah
didepan mata, Ursa hanya tinggal menghabisinya saja. Ursa yang memang bukan
petarung tipe pembunuh, merasa iba karena dia menganggap Blood tidak
mengganggu warga dusun itu. Ursa meninggalkan blood terkapar begitu saja, dan
berjalan kembali ke kampungnya.
Tiba2 Ursa merasa seluruh tubuhnya tercabik-cabik, seperti terkena sayatan
bendatajam. Giliran Ursa yang hampir mati saatni. Ursa mempercepat langkahnya
kembali ke dusun untuk meminta penyembuhan. Sampai di dusun itu, ursa disambut
oleh warganya seperti pahlawan, dan mengobati lukanya. Tapi aneh, luka itu semakin
parah, dan darah mengalir terus dari luka itu. Dia tidak tahu harus bagaimana.
Saat itu juga, muncul Bloodseeker dengan cakarnya yang lebih panjang dan mata
yang benar-benar merah bagai darah.
Ditusuknya ursa sampai mati, dan meminum darahnya tanpa tersisa, untuk
memulihkan tenaganya yang terkuras cukup banyak saat bertarung tadi. Warga dusun
yang melihat hal itu lari berhamburan. Tanpa menunggu lama, Blood segera merebut
jubah itu dan memakainya.
Bloodseeker : “Luar biasa, jubah ini keras sekali, dan sangat ringan. Pantas
saja aku kalah dibuatnya. Jubah ini adalah kunci kekuatan ku.
Bahkan, Raja ku sendiri beserta panglima kebanggaannya itu
tidak sangup untuk mengalahkan ku. Hahahaha”
Bloodseeker tertawa sangat keras. Dia sangat puas akan perjalanan ini. Dia tidak
menyangka jika akan mendapatkan sesuatu yang sangat berharga.
Tawa bloodseeker membahana. Dusun itu menjadi dusun mati, warganya pergi
meninggalkan dusun itu. Blood kembali tertawa. Tawanya sangat keras, hingga
membahana ke dalam hutan.
Sebuah sosok mendengar tawa itu, suara tertawa yang selalu diingatnya. Suara tawa
yang membuat dendam nya semakin menggebu. Dia mulai mengejar tempat
munculnya suara tawa itu. Kekuatan luar biasa yang akan membunuh Bloodseeker.
Dialah Vengefull Spirit. Perburuan olehnya pun dimulai.
Tapi ada seorang lagi yang juga tertarik pada suara blood itu, dan mencoba
mencarinya.. Siapa dia??

0 komentar:

Posting Komentar